LOWONGAN PERMANENT AUTHOR

Keluarga SFF membuka lowongan untuk PERMANENT author baru.. Bagi yang tertarik silahkan lakukan persyaratan dibawah :

1. Like page kami , join group, dan follow twitter sehingga ketika sudah tergabung di SFF bisa terjalin komunikasi yang baik antara sesama author. Linknya lihat di post di bawah.

2. Kirim ff oneshot kamu beserta format data,serta jawab pertanyaan [lihat dibawah] ke superffiction@gmail.com atau kirim ke Facebook admin [Andreany Tyaskentjana]. Lalu jika sudah beri komen di postingan ini “Saya telah mengirim…” etc.

3. Cantumkan nama lengkap dan keterangan ff kalian baik Genre, Cast, Length, Tingkat Usia Reader misal ada hal berbau sedikit dewasa. Ini juga antisipasi supaya reader sudah mengenal kalian.

4. SFF sadar masih banyak sekali comment yang masuk ke ff yang dipublish disini. Maka, SFF menantang kalian buat bisa dapat 15 comment dari readers. Jika kalian dapat maka kalian akan diloloskan menjadi author di SFF. Maka dari itu ajaklah teman kalian berbondong-bondong membaca di SFF.

5. Aturan SFF adalah fanfict tersebut original, tidak mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan), yang terpenting tidak ada unsur kata memicu fanwar atau menghina.

6. Kamu niat dan suka menulis fan fiction dengan boyband/girlband/aktor/artis korea sebagai castnya.  Dan kamu harus punya tiga atau lebih fanfiction di tempat ini ataupun di tempat lain yang mesti kamu tunjukin ke kita. Ini sudah merupakan tuntutan wajib dari admin SFF. Lebih bagus kalo kalian punya bakat tulis-menulis atau sudah berpengalaman.

7. Dapat dipercaya, jujur, dewasa, punya tanggung jawab dan perilaku yang baik dengan orang lain. Kita gak mau kan punya author yang suka marah-marah sama reader ato gampang tersinggung layaknya anak kecil kan??

8.Bagi para author yang telah diterima diwajibkan memiliki account wordpress sendiri.

9. Syarat-syarat di atas bisa berubah sewaktu-waktu oleh admin kita. Admin akan berusaha untuk membuat keputusan yang terbaik dan keputusan tersebut tidak dapat diganggu gugat.

 

Jika kamu setuju dengan syarat-syaratnya, kirimkan email kalian ke superffiction@gmail.com dengan subject “I want to be the author of SuperFF” atau “Saya ingin menjadi Author SuperFF” dengan format seperti di bawah ini, kalian bisa menuliskannya dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris.

  1. Nama lengkap/gender/umur:
  2. Tanggal lahir:
  3. Lokasi [negara dan kotanya]:
  4. Username [biasanya komen pake apa]:
  5. Nomer HP:
  6. FB/Twitter/akun lain [sebutkan jenis akunnya. Misal: formspring]
  7. Situs pribadi kalian [WP/Blogspot/situs lain [sebutkan jenis situsnya. Misal: webs.com]: – Jika tidak punya, dikosongi aja-
  8. Email wordpress kalian: -jika tidak punya kosongi- [tapi jika nanti terpilih diwajibkan memiliki acc WP]

JAWAB PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN JUJUR AGAR ADMIN BISA MENGENALI KALIAN DENGAN BAIK

  1. Mengapa kamu ingin menjadi author SuperFF?
  2. Seberapa banyak kamu tahu dan suka menulis Fanfics mengenai Boyband/Girlband/Aktor/Artis korea?
  3. Apa kamu pernah menulis fanfic sebelumnya?
  4. Apa kamu pernah menjadi author/admin blog atau website fanfiction? Kalau pernah sebutin website apa dan akun yang kamu punya.
  5. Berapa waktu yang kamu butuhkan untuk membuat satu fanfic one shot atau continued?

Admin akan memberitahu keputusannya melalui sms,email,atau inbox fb paling lambat satu minggu setelah kamu mengirimkan email ke SuperFF.

Sincere,

Keluarga SFF

Visit,Join,and Share

Hello….Hello 😀

First I wanna say Thank You for being our Reader 😀

Then…
I Have a good News for you guys…

finally You can also Visit and Join us On Facebook And Twitter…
😀 😀 😀

How??
Lets Check it…

Just Click This Link http://www.facebook.com/pages/SuperFFiction/100595016693655 And Click Like button

Then Join our Group too http://www.facebook.com/home.php?sk=group_195411463828528&ap=1

And then http://twitter.com/superffiction for our Twitter Account

After You Visiting and Join us dont forget to Tell and Share our Link to your Friends

Lets Read,Love,and Imagine ❤

Thanks For your Cooperation….^^v (peace)

NB: Sorry for my bad english here XDD *Janrang Park

We Love You….

And will always love you….

Thank You…

-Warm Hug-

SuperFFiction Crew~

Read,Love,Imagine,and Comment ^^

Support us Comment Please….. ^^

Read, Love, Imagine, & Comment ^^
Kami sangat menghargai adanya comment dan saran dari readers semua. Sebagai author tentunya comment bagi kami sangat berarti. Comment menunjukkan berapa jumlah reader yang membaca dan menyukai fanfict yang kami buat, serta suatu bentuk penghargaan atas usaha kami. Author sadar, kami masih tergolong baru dalam dunia penulisan fanficts. Kami berusaha memberi yang terbaik pada pembaca dan kami akan sangat senang bila pembaca mau lebih dekat dengan author lewat comment yang diberikan.

Comment kalian adalah semangat bagi author untuk terus berkarya dan membuat fanficts yang memiliki cerita lebih bagus dan berkembang, tanpa kritik dan saran dari readers, author tidak akan bisa mengukur seberapa perkembangan kemampuan menulis author. Author ingin sekali memberi fanficts yang bermutu dan mampu menghibur para readers. Tolong dukung kami dengan comment kalian. Comment kalian sangat berarti, motivasi bagi para author di superffiction. Author jamin comment tidak akan merugikan kalian, sejenak menulis comment tidak akan membuang waktu kok ^^

We’ve rule :

1. No Bashing Characters Etc
2. Dont Be Silent Reader… we need your comment here…
3. Feel relax here ^^

Hope, you’re supporting us with your comment

Like Minhyuk and Jungshin bowing to say thanx to Boices (CN Blue fans), we also say thanx for your support…..
Thanx for your many love readers ^^. Don’t forget to give comment ^^

Gamsahamnida…..

Warm hug

SSF’s Family

We love you readers with all our hearts ^^

END AND || Part I ||

Saya buat FF baru lho  ____ (´・∀・`)ノ

pamer banget sih ( -_-)

Gkgkgkgkgkgkgk ~~

saya iseng-iseng buat FF baru  (^Д^)フ

yang jadilah begini ….

semoga yang baca suka   o(≧▽≦)o♪

selamat membaca (>w<*) (´ω`*)

Cerita ini hanya karangan FIKTIF, TIDAK MENJIPLAK, ASLI, dan HANYA SAYA YANG MEMBUATNYA.

endand copy

Dan pada saat itu aku terdiam tanpa kata. Aku bungkam dihadapannya, tapi dia malah tersenyum lebar menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirku.

Semua bermula karena aku mendatanginya diperpustakaan.

Ketika aku duduk merenung didalam kelas, seorang yeoja yang merupakan temanku memanggilku, “hei! Hanni, kamu dipanggil ke perpustakaan”

“ne? siapa yang memanggilku?”

“molla, katanya datang saja” lalu yeoja yang memberi tahu padaku pergi begitu saja.

Awalnya aku bimbang untuk datang ke perpustakaan, tapi apa daya kaki ku sudah mebawaku kedepan pintu perpustakaan yang besar ini. Aduh… bagaimana ini?? Apakah aku harus masuk ke dalam???

Ah, mungkin seonseaengnim memanggilku. Eh, tapi kalau seonsaengnim yang memanggil pasti disuruh keruang guru. Aku pun jadi dilema..

Dan akhirnya tanpa pikir panjang lagi, aku membuka pintu yang besar ini dan aku melangkah masuk kedalam ruangan yang luas ini. Tapi apa yang kudapat? Hanya sebuah ruangan luas yang sangat sepi yang dipenuhi dengan banyak buku dan tiada satupun orang disini, hanya sebuah ruangan luas yang terkena seberkas cahaya matahari dari luar sana.

Jantungku berdegub kencang, ingin rasanya aku pergi kembali ke kelas tapi hatiku berkata bahwa ada seseorang yang menungguku walaupun aku tidak melihat siapapun disini.

“ternyata kau sudah datang” tiba-tiba terdengar suara namja yang aku tak tahu dari mana arahnya. Aku berputar ditempatku berdiri dan lagi-lagi hanya ruangan tanpa ada manusia disini. Sekarang pikiran ku tercampur aduk antara manusia atau hantu yang berbicara atau jangan-jangan benda-benda disini bisa berbicara. Huhh.. sungguh pemikiran yang tak masuk akal.

“ahh~ kau takut ya?” suara itu muncul lagi. Suaranya sangat asing ditelingaku.

“nuguseyo?” tanyaku

“aaa.. rambutmu halus dan lembut ya..” ya, dia memegang rambutku dengan lembut, tapi tentu saja aku sangat terkejut. Aku langsung membalikkan badanku menghadapnya.

“hei!! Apa mau mu? Kamu siapa?” Tanya ku bingung. Aku sama sekali tak mengenali wajahnya.

“kamu tidak tahu aku? Padahal aku sangat terkenal disekolah ini, bahkan hampir seluruh dunia mengenalku. Seharusnya kamu mengenali ku sebab aku adalah Lee Seunghyun. Panggil saja Seungri” jawabnya dengan percaya diri sambil mebuka lebar tangannya.

Pertama, aku menelaah dulu perkataannya. Kedua, mata ku terbelalak. Ketiga, jantungku berdegub lebih kecang dari sebelumnya. Terakhir, aku ingin cepat-cepat pergi dari sini ketika aku mengetahui namanya.

“o? s,seu, seungri???!”

Dia terseyum menandakan iya.

OMWO!!? AIGOOYAA~~!! Ini yang namanya Seungri?? Ternyata memang imut seperti kata mereka. Oh, tidak, tidak, aku tidak boleh tergiur akan keimutannya. Oh iya, aku baru ingat kalau tidak salah dia anak pemilik perusahaan Samsung Electronics yaitu perusahaan teknologi terbesar di dunia yang memiliki hampir 80 anak perusahaan. Tapi dia sangat terkenal dengan sebutan playboy. Hampir seisi sekolah menyukainya dan yang kutahu para seonsaengnim juga ikut menyukainya.

“apa tujuanmu memanggilku?”

Je t’aime” jawabnya sambil tersenyum. Tapi aku tak mengerti apa yang dia katakan.

“nde??”

“hahaha, johahae”

Aku terdiam tanpa kata ketika mendengar ucapannya. Tapi aku tetap menahan diri, “lalu?”

“kau harus jadi kekasihku”

Aku bungkam dihadapannya, tapi dia malah tersenyum lebar menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirku,

“omwo? Aku tidak salah dengar??” aku mulai heran apa maksudnya berkata seperti itu.

“aniyo. Kau harus jadi kekasihku, menjadi milikku. Itu saja. Gampang kan?”

“untuk apa? Lagipula aku tidak mau. Mian”

“o??! apa yang kurang dariku? Aku tampan, aku kaya, aku pintar, disenangi banyak orang, aku terkenal, dan masih banyak hal yang bagus tentang diriku”

Cihh.. Percaya diri sekali dia.

“kau kira aku perempuan yang begitu saja akan menerimamu? Maaf, aku tidak seperti itu.” Jawabku. aku kesal atas sikapnya yang sangat percaya diri itu. Andaikan aku tidak datang kesini.

Aku melangkah menuju pintu perpustakaan yang tertutup itu.

“hei, hei!! Jamkkanman!”  teriaknya dari belakangku

“wae?”

“aku tidak akan menyerah” ucapnya dengan semangat

“aa~ ne, terserah kamu saja” jawabku lalu aku pergi meninggalkannya.

-Seungri PoV-

Sial, baru kali ini ada yang menolakku. Dasar tidak sopan. Lihat saja, pasti aku akan mendapatkan hatinya. Hahahahahhahahahahaha~~  sebab semua yang kuinginkan pasti akan kuraih dengan tangan ku sendiri,  GWAHahahahahaha

*****

Disisi lain.. para murid perempuan di Seoul Performing Art High School memuja-muja 5 orang murid laki-laki yang memang sangat terkenal dan bisa dibilang mereka unggul dibidang apapun. Dan 5 namja itu diberi julukan BIG BANG.

“cihh, lagi-lagi mereka membicarakan 5 cowok tengik itu” ucap seorang yeoja dengan nada kesal.

Lalu yeoja itu pergi ke taman sekolah dan dia mengomel sendiri.

“apa sih bagusnya 5 orang itu??! Hah??!!” dia menendang sebuah kaleng kosong yang ada didepan kakinya dan kaleng kosong itu melesat jauh ke angkasa.

DUAAKK

“AUWWW!!” rintih seorang namja dari kejauhan.

“hei!!! Siapa yang menendang kaleng kosong ini???!!! HEII!!” amarah yang tak terkalahkan keluar dari namja itu.

“aigooo, jangan-jangan itu Kwon Jiyong?? Aku barusan nendang kaleng, terus kena kepalanya? Aissshhh.. sial” yeoja yang menedang kaleng kosong itu hendak kabur tapi dia tertangkap basah oleh Kwon Jiyong dan teman-temannya.

“HEEIII!! Dasar tidak tahu sopan santun! Kamu tahu, kaleng kosongmu itu mendarat di kepalaku. Cepat minta maaf.” suruh Jiyong pada yeoja itu.

“salahmu sendiri! Kenapa kamu taruh kepala disitu??!” jawab yeoja itu

“nde??? Kau ..” marah Jiyong, kata-katanya terputus karena temannya berbicara.

“o, o, o, ternyata Park Janrang. Murid kelas 2B, yang kabarnya menjadi murid terpintar keempat disekolah dan sangat membenci 5 anggota BIG BANG” kata temannya yang nyatanya bernama Choi Seunghyun.

 

Cihh, Cihh. Cihh. Sial. Orang ini muncul pula. Batin si yeoja yang bernama Park Janrang itu

“OMWO??!! OMWO??!! Kamu membenci BIG BANG??! Hahh??? Sungguh tidak bisa kupercaya” kata yang satu lagi bernama Kang Daesung

“hei, hei, sudahlah. Jiyong, maafkan saja dia.” Kata salah satu dari mereka yang bernama Dong Yong Bae.

Cihh, dia mau pura-pura mengasihaniku ya? Dasar tidak sopan. Batin Janrang

“sudahlah, biarkan saja dia. Ayo kita cari Seungri lagi.” Kata Yongbae lagi.

“baiklah, berterimakasihlah bahwa kali ini aku memaafkanmu” kata Jiyong sinis.

“o,” jawab Janrang. Dia menatap tajam keempat orang yang berlalu meninggalkannya itu.

##To Be Continued

From Hearts {Meeting With Destiny} (Part 1)

Alih2 nge stuck saya rilis ff lagi xDD cast nya sama disini.. si Yoochun sebagai tokoh utama ^^

Happy reading~ ^o^

..::o::..

Title : From Hearts (Meeting With Destiny)

Author : Hota

Cast : Park Hanni (OC), Park Yoochun (TVXQ’s Micky), Kim Jaejoong (TVXQ’s Hero), Hwang Miyoung (SNSD’s Tifanny).

Other Cast : cari ndiri -_____-“

Type : Straight

Genre : Romance, Drama, Sad, Angst

Rating : PG-15

Length : 1/?

OST : TVXQ – Love Is, Yiruma – Do You?

Warn : Typo(s), Miss typo(s), EYD salah mulu, kagak rapi,plot gaje, ide cerita ngawur, serba gaje pokoknye.. Ini asli karangan dari imajinasi aye.. siap2 yang bilang aye plagiat ato ngeplagiatin masuk neraka.. =_=

NB : oh ya, ini dilengkapi beberapa soundtrack biar dapet feelnya.. xDD kalo yg belum punya cari aja digoogle pasti dapet kok xD tapi, sebenarnya aku gak begitu ngerti makna lagu nya apa.. Cuma ngikutin musiknya aja soalnya menurutku cocok xD #nyemplung sumur

..::o::..

Seorang pria tengah berdiri di samping sebuah pusara yang terlihat masih baru. Langit cerah yang membumbung tinggi di atasnya seakan menjadi hal yang berbalik mengenai perasaan di hati pria itu. Angin kecil membelai pipinya, mencoba untuk menghiburnya dari keterpurukan yang dialami olehnya. Hatinya yang hancur dan jiwanya yang terasa kosong… itulah yang terjadi jauh dalam dirinya.

Kehidupannya mulai berangsur-angsur terasa hampa.. Membuatnya seakan hidup di dalam kematiannya. Raganya hidup, tetapi hati dan jiwanya sudah mati.

Mata bening pria itu.. Menggenang banyak air mata yang begitu menyakitkan. Ingin ia menumpahkan semuanya. Ini semua begitu berat untuknya. Bisakah kau merasakan betapa sakitnya jika kau harus ditinggalkan oleh seseorang yang sangat kau cintai?

Dengan rasa sedih dari puing-puing hatinya yang sudah remuk itu,ia berlutut. Kakinya begitu lemas, bahkan hanya untuk menahan beban tubuhnya sendiri. Tangannya menggenggam tanah pusara itu. matanya berkaca-kaca. Dan tak lama..

Tes..

Air mata itu mengalir dari pipinya. Membasahi sebuah titik dari pusara itu. Ia menangis…

“Hanni-ya…” pria itu mengucapkan sebuah nama ditengah isaknya yang memilukan. Pria itu.. adalah Park Yoochun. Yang kini merupakan salah satu pria termalang. “Park Hanni…” ia tetap menangis. Kepalanya menunduk karena merasa begitu terpukul. Nyaris bibirnya menyentuh pusara itu.

Jauh di dalam pikirannya, ia kembali memutar masa lalu yang sudah dirajutnya dalam memori. Memori itu manis, tetapi menyakitkan. Memori yang berhasil ia ciptakan dengan wanita itu. Wanita yang bernama Park Hanni. Park Hanni yang sangat dicintai oleh Yoochun, namun ia sudah pergi meninggalkan Yoochun ditengah-tengah kesepiannya…

(Ini ceritanya kayak flashback gitu yah.. okeh? xD)

::Flashback ON::

..::o::..

(“TVXQ – Love Is” playing..)

Seorang gadis tengah berlari secepat yang ia bisa menyusuri trotoar Gang-hwamun yang tampak ramai di pagi menjelang siang itu. Langkahnya yang begitu cepat pun tak urung menabrak beberapa orang yang berada di sekelilingnya ketika ia berlari.

“Ah, jeongmal choseonghamnida.. jeongmal choseonghamnida..” gadis itu berkata demikian sambil membungkukkan badan nya beberapa kali ketika ia sudah menabrak beberapa pejalan kaki saat ia tengah berlari. Dan setelah berkata demikian, ia pun kembali melanjutkan langkah larinya.

Ia pun masih berlari dengan kencang ketika ia hendak menyebrangi zebra cross di tengah jalan. Tanpa memperhatikan lampu jalan untuk para pejalan kaki, gadis itu langsung saja melangkahkan kakinya untuk menyebrang jalan. Yeah, ini semua terpaksa ia lakukan karena ia merasa begitu terburu-buru.

Gadis itu pun melangkahkan kakinya dengan cepat menyebrangi zebra cross itu, tetapi tiba-tiba saja..

Ciitt…!!

“Hyaaa~!!” gadis itu langsung berteriak dan berjongkok di aspal seketika saat menyadari ada sebuah mobil yang hampir menabraknya. Dalam posisi jongkoknya, ia memejamkan matanya sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Ia begitu takut dan refleks saja berjongkok.

Mobil yang hampir menabraknya itu pun berhenti mendadak tepat di depan gadis yang masih memejamkan matanya dengan takut itu. Bibir gadis itu bergetar. Sedikit memanjatkan doa sembari berbisik agar Tuhan mau memberikannya kesempatan untuk hidup.

Dari mobil itu, terdengar suara pintu mobil yang terbuka oleh sang pengemudi. Pengemudi yang rupanya seorang pria berjas dokter itu menghampiri gadis yang hampir ditabraknya. Dengan perasaan yang cukup kesal, pria itu berdiri tepat di samping gadis itu.

“Hei, nona! Bangunlah! Aku tidak menabrakmu!”ujar pria itu pada si gadis.

Pria yang bernama Park Yoochun itu mendengus kesal karena gadis yang ditegurnya itu tidak mau bangkit dari posisinya yang masih berjongkok ketakutan. Park Hanni, nama gadis itu, masih belum mau menggubris Yoochun karena masih terlalu ketakutan.

Yoochun berdecak. Ia pun berjongkok dan menepuk pundak Hanni. Ketika Yoochun mendekatkan tubuhnya pada Hanni, ia mendengar bahwa gadis itu tengah memanjatkan doa-doa dengan begitu khusyuk, “Nona, kau tidak mati. Kau masih hidup. Jadi, tenanglah..” Yoochun berkata demikian sambil menepuk pundak Hanni bermaksud untuk menyadarkan gadis itu atas keberadaannya.

Mendengar suara Yoochun, Hanni membuka matanya. Ia memutar kepalanya menghadap Yoochun hingga matanya menangkap sosok tampan itu. Tetapi, Hanni malah memasang raut wajah kesal pada Yoochun. Alisnya menukik dan mempout-kan bibirnya. Hanni bangkit berdiri dari posisinya. Ditatapnya pria itu, Park Yoochun, dengan pandangan marah.

“Hei, kau! Kau mau membunuhku yah?!” Hanni membentak sambil mengepalkan tangannya. Matanya memandang Yoochun berkilat-kilat tajam.

Yoochun menghela nafasnya. Begitu jengah bila harus menghadapi gadis yang sepertinya merepotkan ini. “Kau yang menyebrang sendiri tanpa memperhatikan lampu untuk pejalan kaki,”balas Yoochun datar.

Hanni terdiam sebentar. Matanya menerawang lurus ketika ia sedang memikirkan satu hal. Oh ya, tadi ia sedang terburu-buru. Ya ampun! Sekarang sudah jam berapa?! Hanni semakin terlambat dan itu membuatnya semakin panik. Ia sungguh tidak mau bila ia harus dimarahi oleh boss nya karena datang terlambat saat bekerja.

“Omona! Aku harus pergi sekarang! Jeongmal choseonghamnida! Sampai jumpa!” Hanni berkata demikian seraya membungkukkan badannya pada Yoochun. Sejurus kemudian ia pun kembali melanjutkan larinya dengan kecepatan yang melebihi sebelumnya.

Menyadari bahwa Hanni kini tengah berlari meninggalkannya, Yoochun menghela nafas. Ditatapnya punggung gadis itu yang semakin menjauh darinya. Dengan mata yang masih mengikuti gerak-gerik gadis itu yang masih berlari, Yoochun mengulas senyuman kecut dibibirnya.

‘Pagi-pagi begini sudah mengalami kesialan..’

Dan ia pun melangkah menuju pintu mobilnya dan kembali mengemudikan mobilnya menuju tempat yang menjadi tujuannya sejak tadi…

..::o::..

*Hanni POV*

Aku membuka pintu toko bunga yang merupakan tempat kerjaku dengan terburu-buru karena aku datang dengan waktu yang sangat terlambat. Ya Tuhann.. sudah pukul berapa ini? sudah tahu aku mendapat shift pagi pukul delapan, tapi mengapa aku datang pukul sepuluh?! Aish.. Park Hanni babo!

Dan ketika membuka pintu toko, kulihat bossku sudah berdiri di dalam toko sambil menatapku tajam. Tangannya ia lipat didada dan raut wajahnya dengan sangar tertunjuk padaku. Aku menelan ludahku gugup. Oh tidak.. aku akan kena omel.

Dengan langkah ragu, aku pun maju beberapa langkah ke arah bossku. “Maafkan aku, boss.. tadi ada masalah di jalan..”ujarku takut-takut sambil membungkukkan badanku pada boss. Mengingat tadi aku memang ada masalah dengan seorang pria di jalan yang tidak kuketahui siapa namanya. Tapi, alasan yang sebenarnya karena aku sibuk mencari lowongan pekerjaan hingga larut malam diinternet.

Tetapi, tiba-tiba saja..

Bletakk!

Aku meringis kesakitan setelah mendapat jitakan keras dikepalaku dari boss. Aku pun mengangkat kepalaku sambil mengelus kepalaku karena kesakitan. Gigiku merapat untuk menahan rasa sakitnya.

“Kau selalu saja membuat alasan! Apa yang membuatmu terlambat?! Sudah beberapa hari ini kau terlambat dan kau selalu membuat alasan yang sama!”amuk bossku.

Aku berdecak, “Aish.. aku memang ada masalah tadi dengan seseorang di jalan. Kali ini aku serius,” aku cemberut.

Bossku menghela nafas. Sepertinya lelah karena aku memang tidak mau mengalah jika harus berdebat. “Ya sudah, kau bekerja lah sekarang. Cepat sana kau gunting dahan bunga yang sudah jelek agar pembeli tetap mau datang!”pintanya dan kemudian pergi meninggalkanku.

“Baik, boss..”jawabku dan langsung pergi ke toilet untuk mengganti pakaianku dengan seragam toko bunga ini.

Yeah, begini lah aku.. aku memang bekerja di toko bunga empat bulan belakangan ini. Aku harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupku.. dan juga kakak perempuanku. Kini, aku butuh uang untuk perawatannya di rumah sakit. Beberapa bulan ini, ia memang dirawat di rumah sakit karena koma akibat kecelakaan yang ia alami. Eonni hanyalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Aku tidak peduli seberapa mahalnya tagihan rumah sakit untuk merawat Eonni, tetapi aku harus tetap bertahan. Aku akan terus mencari uang dan kemudian Eonni bisa kembali sadar dan menemaniku. Aku sudah lelah hidup sendiri selama ini.

Sebelum Eonni dirawat, kehidupan kami lancar-lancar saja karena Eonni juga bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Tetapi, itu semua menjadi sulit ketika perusahaan itu bangkrut dan kemudian Eonni mengalami kecelakaan. Dan begitulah.. hidup ini begitu sulit. Hanya semangat yang paling berharga dan terdapat dalam diriku.

Oleh sebab itu, aku akan terus melakukan hal yang terbaik untuk bertahan hidup.

..::o::..

*Author POV*

Yoochun memasuki ruangannya yang kini sudah ada seorang wanita yang duduk di salah satu kursi ruangannya. Yoochun mendapati wanita itu kini tengah berdiri dan tersenyum padanya.  Wanita cantik dengan pakaian modis dengan rambut panjang cokelat bergelombang. Yoochun menutup pintu. Ditatapnya wanita itu dengan pandangan datar.

“Pagi, Yoochun-ah..”sapa wanita itu dan melangkah mendekati Yoochun.

Yoochun menghela nafas menyadari keberadaan wanita itu. Dan ketika tangan wanita itu terjulur untuk merapihkan jas dokter yang dikenakan Yoochun, Yoochun menghindar dan menjauhi wanita itu. Yoochun duduk di kursinya tanpa berkata apapun atau menganggap wanita itu ada.

Wanita itu tersenyum getir menyadari penolakan Yoochun. Ia sempat hampir putus asa ketika menyadari betapa dinginnya sikap Yoochun kepadanya. Wanita itu adalah Hwang Miyoung. Seorang gadis cantik yang merupakan tunangan Yoochun. Wanita itu bekerja sebagai pemilik sebuah boutiq terkenal di Seoul. Seorang gadis kaya dan penuh prestasi dengan segala usaha mengembangkan bisnisnya itu. Tetapi, entah mengapa seluruh kelebihan Miyoung tidak dapat mengambil hati Yoochun yang dingin seperti bongkahan es itu? Miyoung mencintai Yoochun, meski pria itu tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Bagi pria itu, perjodohan yang dilakukan oleh pihak orangtua nya dan pihak orangtua Miyoung adalah beban untuk Yoochun. Tetapi, dibalik semua itu Miyoung bersyukur atas perjodohan ini. Ini semakin membuka jalan Miyoung untuk memiliki Yoochun. Tentu saja karena Miyoung memang sudah jatuh cinta pada Yoochun.

“Yoochun-ah, lihat. Aku membawa makanan untukmu. Apa kau mau?” Miyoung menawarkan sebuah kotak bekal pada Yoochun sambil mengulum senyuman diwajahnya.

Yoochun yang saat itu tengah membaca dokumen tentang pasiennya menghela nafas bosan. Ia sangat malas jika harus menghadapi wanita yang tidak disukainya ini. “Letakkan saja diatas meja, nanti aku akan memakannya. Sekarang kau keluarlah dari ruanganku. Praktekku akan segera dimulai..”

..::o::..

(“Yiruma – Do You?” playing..)

Hanni berdiri diambang pintu sebuah kamar dirumah sakit ketika ia membuka pintunya. Dengan perlahan, tangannya bergerak untuk menutup pintu itu. Langkah kecilnya mengantar tubuh itu menuju ranjang yang tergolek sebuah tubuh wanita yang begitu lemah dan tidak berdaya. Wanita yang kini tengah koma dalam keadaan yang menyedihkan.

Hanni duduk di sebuah kursi yang berada di samping ranjang. Ia tersenyum saat melihat wajah Eonni nya yang masih terlihat cantik meski tampak pucat dan matanya yang menutup sempurna. Suara mesin rumah sakit yang memeriksa denyut jantung Eonni nya yang lemah terdengar jelas ditelinga Hanni.

Tangan Hanni bergerak menggenggam tangan Eonni nya yang terulur begitu saja. Hanni menggenggam tangan wanita itu penuh dengan kehangatan dan penuh kasih sayang. Melawan rasa dingin yang menyelimuti tangan kurus Eonninya itu.

“Janrang Eonni..” Hanni membisikkan nama Eonninya itu. Yeah, Park Janrang. Itulah nama wanita cantik yang menjadi kakak perempuan Hanni itu. Wanita yang kini tengah terbujur koma, berada diambang kehidupan atau kematian.

“Kau bertahanlah.. aku akan selalu berjuang untuk Eonni. Sampai kapanpun aku akan terus berjuang..” Tak terasa gadis itu mulai menititkkan air matanya. Ia mengucapkan kata yang begitu tulus yang keluar dari dalam hatinya. “Oleh sebab itu, ayolah Eonni. Buka mata mu.. aku ingin melihat Eonni tersenyum lagi. Meskipun itu hanya sebentar, aku benar-benar ingin melihatnya,” Hanni benar-benar menangis sekarang. Tak kuasa menahan beban yang ia coba untuk memikulnya selama ini.

Tetapi tiba-tiba, pintu ruangan itu dibuka dari luar tanpa sepengetahuan Hanni. Hanni terkejut ketika menyadari seseorang telah membuka pintu ruangan itu dengan cukup kasar. Ditatapnya seorang pria yang kini berdiri di ambang pintu dan tengah menatap Hanni. Hanni buru-buru menghapus air matanya dan bergerak mendekati pria itu. Pria yang cukup tampan, meski sekilas tampak cantik, dengan rambut cokelat almond itu membalas tatapan Hanni.

“Maaf, anda mencari siapa?”tanya Hanni sambil memandang pria itu bingung.

Pria itu terlihat canggung sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah. “Eungg, maaf.. Apakah ini kamar nomor 67?”tanya pria itu pada Hanni.

Hanni mengerutkan keningnya, “Ini kamar nomor 54,”Hanni menunjuk sebuah papan nomor yang tergantung di pintu.

Lantas pria itu membuka mulutnya terkejut. Ia berdecak dan bergumam sendiri mengutuk dirinya karena kebodohan sendiri. “Ah, jeongmal choseonghamnida. Aku terburu-buru jadi tidak sempat melihat papan nomornya. Maafkan aku..” pria itu membungkuk penuh dengan rasa bersalah pada Hanni. Pria itu pun mengulas senyuman manis sebelum ia pergi meninggalkan Hanni yang masih berdiri di ambang pintu.

Hanni masih tetap berdiri di tempatnya sambil menatap pria itu yang kini berjalan cepat meninggalkannya. Sepertinya ia memang tampak terburu-buru.

Tetapi, ketika mata bening Hanni menatap pria itu, ia menggumam kecil. “Pria itu.. sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana, ya? Di TV? Ah, tidak mungkin..”

..::o::..

Jaejoong menolehkan kepalanya kearah samping kanan dan kiri mencari kamar bertuliskan nomor 67 di pintunya. Di dalam hatinya, ia merutuki kebodohannya karena tadi sempat salah memasuki sebuah ruang inap yang bukan tujuannya. Jaejoong merasa malu ketika menyadari bahwa ada seorang wanita disitu yang mengetahui kebodohannya.

“Aish, bagaimana bisa kau melakukan hal seperti itu, Kim Jaejoong?!”

Jaejoong memaki dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa malu. Hingga akhirnya, mata besar pria itu menangkap sebuah pintu yang berpapan angka 67. Ia tersenyum puas ketika sudah menemukan pintu yang sudah dicarinya. Tangannya terjulur membuka kenop pintu.

Dan ketika pintu terbuka dan sosoknya muncul diambang pintu, dua manusia yang berada di dalam ruangan itu langsung mengalihkan pandangan seutuhnya pada Jaejoong.

Jaejoong tersenyum pada beberapa orang itu, tetapi senyumannya langsung memudar ketika melihat seorang pria yang sebaya dengannya tengah dalam posisi tertidur. Pria yang dilihat Jaejoong itu penuh dengan perban ditubuhnya dan kakinya serta tangannya yang patah itu memakai gips. Jaejoong berdecak ketika melihat kondisi pria yang dipandangnya itu. Berdecak antara kasihan dan kesal.

“Jaejoong-ah, kau kemari?” seorang rekan kerja menegur Jaejoong.

Tetapi, Jaejoong tidak menggubrisnya dan melangkah cepat kearah pria yang tengah tergolek di atas ranjang. “Ya, Kim Junsu! Bagaimana bisa keadaanmu jadi begini?! Sudah kubilang jika kau tidak mengikuti lombar bersepeda gunung itu kau akan baik-baik saja!” Jaejoong mengomel pada pria yang kini keadaannya cukup menyedihkan itu, yang bernama Kim Junsu.

Junsu yang melihat Jaejoong mengomel, mendecakkan lidahnya. Ia menatap Jaejoong dengan tatapan “dasar cerewet”. Junsu menatap Jaejoong kesal, “Ya, kau bisa sekali bicara seperti itu, hyung?! Aku ini kan adikmu!”

“Justru karena kau adikku, aku mengomelimu seperti ini! dasar dongsaeng bodoh! Bodoh!” tangan Jaejoong melayang diudara hendak menjitak kepala Junsu.

Junsu pun langsung memejamkan matanya mencoba untuk siap menerima jitakan Jaejoong. Tetapi, melihat Junsu dalam keadaan baru saja mengalami kecelakaan, Jaejoong membatalkan niatnya untuk menjitak Junsu. ia menurunkan kembali tangannya. Pria itu menghela nafas. Sebenarnya ia memang marah pada dongsaengnya itu, tetapi ia juga tidak tega. Bayangkan saja bagaimana perasaanmu ketika mengetahui adik kesayanganmu mengikuti lomba bersepeda gunung tergelincir jatuh dari puncak bukit hingga terguling-guling dan terbentur bebatuan..

Yeah, hal itu lah yang dialami Kim Junsu.

“Junsu-ya, kau benar-benar membuatku repot. Aku baru saja melakukan tur konser di luar negeri dan langsung buru-buru kembali ke Korea setelah mendengar keadaanmu begini..” Jaejoong kali ini berbicara dengan nada yang lebih lembut. Tidak tinggi seperti tadi.

Benar. Kim Jaejoong. Si penyanyi solo dan merupakan Hallyu Star yang kini tengah naik daun. Hero Jaejoong.. Siapa yang tidak tahu penyanyi terkenal yang satu itu? Pria tampan dan mempesona.. Semua wanita memujanya. Semua wanita tergila-gila dan terhipnotis atas dirinya. Sudah hampir satu dekade Jaejoong menjalani hidupnya sebagai penyanyi solo yang tenar. Dan tentu saja, Jaejoong menikmati semua itu..

Junsu yang mendengar perkataan Hyungnya itu memajukan bibirnya. Bibir tipis Junsu dengan berat mengeluarkan kata ; “Maaf, Hyung…” begitulah ucap Junsu dengan nada yang berat hati. Ia menyesal telah membuat Hyung nya yang super sibuk ini menjadi cemas karena nya. Seharusnya ia menuruti perkataan Jaejoong untuk tidak mengikuti perlombaan tersebut, karena bukit yang menjadi lokasi lomba sering dilanda kabut yang cukup tebal.

“Sudahlah. Semua sudah terjadi.. Aku akan meminta pada pihak rumah sakit untuk memindahkanmu ke ruang VIP,” Jaejoong berkata putus asa. Ia duduk di sebuah kursi yang berada di sisi ranjang Junsu. “Bagaimana keadaanmu? Kaki dan tangan kananmu patah, eoh? Ah, apa bisa cepat sembuh kalau parah begini? Kau sudah harus menjalani perusahaan Appa dua minggu lagi, Junsu,”ujar Jaejoong. Rasa khawatir terpancar jelas dari dalam matanya.

“Aish, maka dari itu doa kan aku cepat sembuh!” kesal Junsu. Jaejoong yang mendengar perkataan adiknya itu berdecak kecil. Ditatapnya tubuh Junsu yang penuh luka dengan pandangan tak tega. “Oh ya, hyung. Bagaimana kau bisa sampai disini?”tanya Junsu pada Jaejoong.

Jaejoong yang mendengar pertanyaan Junsu, merubah ekspresinya menjadi seakan-akan teringat akan sesuatu. Otaknya memutar kejadian dimana ia salah memasuki ruang inap. Dan disana, ia bertemu dengan seorang gadis yang tampak menderita. Tetapi, gadis itu membuatnya malu karena gadis itu tahu kebodohan yang sudah Jaejoong perbuat. Jaejoong yang tahu bagaimana raut wajah gadis itu ketika mengetahui kesalahan yang sudah Jaejoong perbuat, mengacak rambut sedikit frustasi. Tetapi, tiba-tiba saja ia teringat ketika ia sempat mendengar sebuah kalimat dari bibir gadis itu dari luar ruangan. Yeah, meskipun tidak begitu jelas, tetapi Jaejoong yakin itu lah kalimatnya..

“Kau bertahanlah.. aku akan selalu berjuang untuk Eonni. Sampai kapanpun aku akan terus berjuang..”

 

“Oleh sebab itu, ayolah Eonni. Buka mata mu.. aku ingin melihat Eonni tersenyum lagi. Meskipun itu hanya sebentar, aku benar-benar ingin melihatnya…”

 

Kalimat dengan nada tulus itu.. seakan menyetrum salah satu sudut hati Jaejoong. Nada yang begitu tulus dan lembut. Membuat Jaejoong merasakan sesuatu yang aneh, menyadari kalimat itu cukup berkesan menurutnya. Gadis yang penuh perjuangan. Gadis yang jauh dilubuk hatinya masih percaya akan keajaiban. Gadis yang begitu tulus.

Dan Jaejoong benar-benar yakin ketika ia sempat berbicara dengan gadis itu dan menatap matanya, terpancar bahwa hati gadis tersebut murni. Polos. Dan dipenuhi oleh ketulusan.

Sangat natural bila Jaejoong perlahan merasa bahwa gadis itu lucu. Masih ada saja gadis yang seperti itu jenisnya dizaman seperti ini. Dan tanpa disadari olehnya, salah satu sudut bibir nya terangkat. Membentuk sebuah senyuman kecil. Kini, pikirannya dikuasai sudah oleh gadis yang menurutnya lucu meski Jaejoong tak mengenalnya sama sekali.

Junsu yang rupanya tadi menyadari perubahan sikap Hyungnya itu mulai menatap Jaejoong aneh, “Hyung? Ya, Hyung! Kau kenapa tersenyum seperti itu? Apa yang kau pikirkan?” Junsu memberondongi Jaejoong dengan beberapa pertanyaan guna menyadarkan pria itu dari lamunan yang ia ciptakan.

Jaejoong tersentak menyadari Junsu yang memanggilnya. Dengan salah tingkah, Jaejoong menatap Junsu, dongsaengnya, dengan canggung, “Ah, ani.. aku hanya berpikir betapa suksesnya konser kemarin malam..” jawab Jaejoong sedikit berbohong.

Junsu dengan polosnya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tanpa mengetahui bahwa ada seorang gadis yang berkelebatan dipikiran hyungnya, Kim Jaejoong. Benar.. Gadis itu..

Park Hanni.

..::o::..

*Hanni POV*

“Hanni Eonni,mengapa kau terlihat makin kurus sekarang? Apa karena kau terlalu lelah bekerja?”

Aku sedikit tersentak dengan pertanyaan seorang teman kerjaku yang tiba-tiba saja ia lontarkan ketika aku sedang fokus mengikat bunga yang menjadi salah satu bagian dari pekerjaanku.

Aku membalikkan tubuhku. Mataku memandang teman sekaligus sahabatku yang selalu menemaniku sejak aku bekerja di toko bunga ini. Yeah, meskipun aku beberapa tahun lebih tua darinya. “Aku tidak apa-apa, Jiyeon-ah..”jawabku sambil tersenyum pada gadis yang bernama Park Jiyeon ini. Ia adalah temanku yang juga bekerja di toko bunga ini. Ia adalah gadis yang baik dan cantik. Ia pun tak segan-segan mengumpulkan uang untuk membiayai kuliahnya sendiri. Hmm, bukankah ia adalah gadis yang mandiri?

“Kau semakin kurus, Eonni. Berapa berat badanmu sekarang? beberapa waktu yang lalu aku melihatmu tidak sekurus ini. Dan lagi, kulihat wajahmu juga sering pucat. Apa kau baik-baik saja, Eonni?” tanya Jiyeon lagi. Kali ini nadanya jelas terdengar khawatir ditelingaku. “Pergilah ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatanmu, Eonni..”

Tetapi, aku malah tersenyum. Membuatnya untuk tidak terlalu memikirkanku dan bersikap baik-baik saja. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Jiyeon-ah. Ayo, kita kembali bekerja!”kataku pada Jiyeon.

Jiyeon yang sepertinya mulai yakin bahwa aku baik-baik saja hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Gadis itu pun kembali melakoni pekerjaannya, begitu pun juga diriku. Tetapi, diam-diam aku bertanya dalam hati.

‘Apakah aku semakin kurus? Wajahku juga sering pucat katanya.. Aish, adakah sesuatu yang aneh dalam diriku?’

..::o::..

Aku tengah berjalan mondar-mandir di salah satu rumah sakit kecil di kota Seoul. Aku bingung apakah aku harus memeriksa kesehatanku atau tidak sore ini. Aku menjadi kepikiran mengenai perkataan Jiyeon tadi siang.

“Hanni Eonni,mengapa kau terlihat makin kurus sekarang? Apa karena kau terlalu lelah bekerja?”

“Kau semakin kurus, Eonni. Berapa berat badanmu sekarang? beberapa waktu yang lalu aku melihatmu tidak sekurus ini. Dan lagi, kulihat wajahmu juga sering pucat. Apa kau baik-baik saja, Eonni?”

Kalimat Jiyeon kembali terngiang dikepalaku. Membuatku semakin tidak tenang dengan keadaan kesehatanku sendiri. Bagaimana jika aku benar-benar sakit? Bagaimana jika aku terserang penyakit mematikan? Jika aku sakit, lalu bagaimana aku bisa mengumpulkan uang? Aku harus mengumpulkan uang demi kehidupanku sendiri dan biaya rumah sakit Janrang Eonni. Apa yang harus aku lakukan bila itu benar-benar terjadi?

Terlebih lagi, aku pernah demam berkepanjangan beberapa waktu lalu. Aku juga sering nyeri dibagian tulang-tulang sendi. Apa ini gejala salah satu penyakit?

Pikiran buruk berhasil menguasai pikiranku ketika aku masih berdiri di depan pintu masuk rumah sakit kecil ini. Aku benar-benar bingung dan kalut. Untuk memeriksa kesehatan saja aku harus pergi ke rumah sakit yang kecil karena takut biaya periksa akan lebih tinggi di rumah sakit pusat yang jauh lebih besar.

Aku menghela nafas. Terlalu bingung untuk apa yang harus aku lakukan sekarang. Hingga akhirnya, aku pun memutuskannya.. Lalu, kakiku pun bergerak masuk ke dalam rumah sakit itu untuk memeriksa kesehatanku… Yeah, ini lah keputusanku.

..::o::..

“Bagaimana keadaan saya, dokter?” tanyaku ketika aku sedang duduk dihadapan seorang Dokter yang sudah memeriksa ku tadi.

Kami duduk berhadap-hadapan dan sebuah meja menjadi pembatas diantara kami berdua. Dokter yang dipanggil Dokter Han ini, kini sudah menggenggami beberapa lembar hasil check-up ku tadi. Hal ini semakin membuatku penasaran karena Dokter Han belum menunjukkan hasil check-up nya padaku.

Dokter Han menatap kertas-kertas yang berada digenggamannya itu sekilas. Sampai akhirnya, ia menatapku. “Nona Park, jika kau ingin melakukan pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut, ku anjurkan untuk mendatangi rumah sakit pusat..” nada Dokter Han terdengar sedih.

Ah? Apa artinya ini? Apa jangan-jangan…

Dokter Han menghela nafasnya panjang. Jarinya bergerak membenahi posisi kacamata yang menggantung dihidungnya. Sampai akhirnya, mata Dokter Han pun kembali menatapku. Hendak melanjutkan kalimatnya…

“Kemungkinan besar.. Kau terserang penyakit leukemia, Nona Park..”

..::TBC::..

Wkwkwkwkw~ sudah aku duga pasti Chap 1 bakal jadi awal mula ff yang aneh xD
bahkan, dari chap pertama aja udah ketahuan kalo si Hanni akhirnya mati. Wkwkwkw.. saia cinta ff angst xDD nyahahaha~ #ketawa nista bareng changmin
Ini non edit lho.. langsung aku publish seketika pas udah selesai.. jadi maap kalo ada typo atau EYD salah2.. kata ketinggalan atau gimana.. #nyengir
Yang baca jangan ragu2 untuk komen dan like ya? aku bakal publish chap 2 paling lambat minggu depan.. ^___^

No bash please~ 😀

Gomawo ^^

 

O~MWO??! -eps4#

Setelah lama fakum saya kembali melanjutkan cerita ini ^______^

Cerita ini hanya karangan FIKTIF, TIDAK MENJIPLAK, ASLI, dan HANYA SATU.

Omwo copy

 

“oh iya, Kibum-ah, appa dan Yunho-sshi mau pergi sebentar. Masih ada pekerjaan yang menunggu” ucap appa.

“nde? lalu aku bagaimana??” tanya ku

“ya.. kamu disini saja temani Hyena” jawab appa santai

“NDE?? Omwo!? Omwo!?” sontak aku terkejut ketika mendengar jawaban appa. Untuk apa aku menemani yeoja ini?????

“Kibum, tolong jaga Hye-chan ya … ^^” kata Yunho-sshi dengan senyuman

“Hei, Hei, Jamkkanman …” seruku tidak terima

mereka pergi begitu saja tanpa mempedulikan aku disini, aigooo … sial sekali aku

“kkkkkkkk~” kikik Hyena yang duduk di ranjang

aku heran, apakah dia juga kena sindrom gangguan jiwa. Tiba-tiba tertawa sendiri seperti itu, dasar aneh.

“wae gurae? tertawa tanpa sebab, apa kau sudah gila?” tanya ku memastikan. Siapa tahu dia benar-benar gila.

“ne? aniya .. lucu saja melihat dua ajusshi tadi” jawabnya sambil senyam-senyum

“ajusshi?”

dia menyebut appa nya ajusshi? ckckckck -_-

“o.. hahahaha” jawabnya seraya mengangguk-anggukan kepalanya

Yeoja ini sungguh menyeramkan, pikirannya sama sekali tidak bisa ditebak. Aku tidak boleh dekat-dekat dengannya.

 

-Hyena PoV-

Lucu saja melihat dua ajusshi tadi.. tak biasanya aku melihat dua orang ajusshi yang akan pergi bersama-sama dengan riangnya.

Babo, apa yang sedang kupikirkan sih..

“Huhhhhh..” aku menghela napas panjang, sepanjang mungkin.

aku memperhatikan sekeliling ruangan ini dan baru kusadari aku merasa risih ketika tahu Kibum melihatku seperti melihat mahluk langka yang harus dilestarikan.

“Hei! Jangan melihatku seperti itu, kau kira aku ini apa? spesies langka?”

“ummbb.. GWAHAHAHA, kau menyebut dirimu spesies langka?? baru kali ini kudengar ada orang yang menyebut dirinya spesies langka” dia menertawaiku dan mengejekku. namja sialan .

“HEI!” amarahku sudah sampai puncak gunung Kalimanjo, lahar ku sudah meluap-luap, tinggal keluar saja.

_____________________________________________________________________________________________________________________

krik, krik.. krik, krik..

tiba-tiba suasana hening, hanya terdengar bunyi jangkrik. Walaupun disini tidak ada jangkrik

ya, ruang rawat inap yang ditempati Hyena menjadi hening sejak Hyena marah tadi dan sekarang Hyena sudah tertidur pulas, mungkin dia lelah ..

Kibum pun ikut-ikutan tidur dikursi disamping ranjang Hyena, mungkin dia juga lelah ..

sebenarnya saya juga lelah ..

 

Tidak tahu dari mana datangnya, sang angin membisikan sebuah kabar kepada sang burung. Lalu, sang burung itu terbang dan meberitahu teman-temannya tentang kabar ini.

Sehingga, negara api pun menyerang.

wahh, jadi melancong ke avatar the legend of aang. saya suka tuh, bagus ceritanya. Yeah..

ayo, lanjut-lanjut ..

Sehingga, dunia pun menggempar akibat berita yang dibawakan sang burung.

Penasaran sama beritanya?? Ketik REG Kepo Kirim ke 6288. dijamin kamu pasti kaget. wkwkwkwk #Blettaakk #KetimpaDurian

Kabarnya seorang model + aktor dengan nama Kim Kibum berada di Wooridul Spine Hospital bersama seorang yeoja.

Kalian tahu berita ini dari mana dan dari siapa??? Sebenarnya, sulit untuk jujur, sulit untuk mengatakannya bahwa pelakunya adalah KAMU! Mian, maksud saya kedua appa tadi. Kedua appa tersebut berulah macam-macam untuk membahagiakan diri sendiri. Babo .. ckckckck

setelah kabar itu, beredar. Para wartawan sedang gencar-gencarnya ingin mendapatkan kepastian kabar itu dan para fans Kibum mendengus kesal karena tahu idola mereka  bersama yeoja yang masih samar-samar identitasnya.

Saat itu pula salah satu wartawan yang beruntung menemukan ruang rawat inap Hyena di rumah sakit.

“Yeah, akhirnya kutemukan juga kalian. Ghahahaha” ucap wartawan itu senang

Wartawan itu sampai didepan pintu kamar inap Hyena. Perlahan dia buka pintu itu dan apakah yang akan terjadi pada sang wartawan? Jangan kemana-mana, tetap bersama saya untuk menyimak kisah selanjutnya XD

#BLETTAAKK #dilemparPanciBolong

Wartawan itu memotret Kibum dan Hyena dengan sangat indah *mucul efek-efek yang gimana gitu*

setelah mendapatkan apa yang dicarinya, dia kembali ke asalnya dan mulai merancang sebuah berita yang akan menghebohkan seisi dunia.

berita yang berisi bahwa, Kim Kibum model + aktor terkenal menemani kekasihnya yang dirawat di Wooridul Spine Hospital. Dan bla.. bla… blaa… . Wartawan itu juga menyertakan foto yang sudah diambilnya tadi. Oh, Good Job untuk wartawan ini, dia membuat isu.

Maka, gemparlah para fans Kibum diseluruh penjuru dunia setelah mengetahui berita ini. Mereka sangat marah dan kesal pada yeoja yang saat ini bersama Kibum, yang tak lain lagi adalah Hyena.

“awas saja kau, yeoja nakal! yang berani-beraninya mendekati oppa ku” kata salah satu fans yang hebat amarahnya.

“Lihat saja dia, pulang dari rumah sakit akan terasa lebih sakit lagi dari sebelumnya” ancam yang seorang lagi.

Para fans Kibum memiliki dendam yang sangat besar terhadap Jung Hyena. Yaa, bisa dibilang hampir semua fans Kibum marah besar.

_____________________________________________________________________________________________________________________

Tak lama, Kedua appa yang menjadi pemula terjadinya berita ini datang.

“aaa~~~ manis sekali mereka” kata ayah Kibum

“ne, aigoo~ imut sekali” tambah ayah Hyena.

*sebagai kenangan, aku akan mengambil foto mereka* pikir kedua appa tersebut, yang lagi-lagi akan berulah dan tidak menguntungkan bagi anak mereka.

Lalu, mereka melakukan apa yang tadi terlintas dipikiran mereka dan men-twitpict foto yang mereka ambil. dan juga ada pesan yang dimuat dalam twitpict . Kibum appa: “menemani anakku dan tunangannya dirumah sakit yang terluka parah akibat kecelakaan, sungguh dramatis dan sekarang Kibum tertidur disampingnya. Sungguh manis”. Dan milik Hyena appa: “anakku, Hyena terbaring lemas akibat kejadian yang menimpanya. Aku sangat sedih tapi tidak jadi karena anakku sudah bertemu dengan jodohnya >///<”

Oh, para appa yang menyeramkan …

Mereka tidak tahu situasi sekarang yang sudah gawat menjadi sangat gawat ketika mereka selesai men-twitpict anak mereka.

Beberapa detik kemudian, diluar ruang rawat inap Hyena. Bertambah gemparlah seluruh fans Kibum di segala penjuru dunia ketika melihatn postingan kedua appa tadi.

Banyak media yang mulai memuat berita itu dengan judul “Kim Kibum bersama tunangannya”. Berita ini menjadi berita utama entertainment diseluruh dunia.

Berita ini sangat cepat menyebar. Dari mata ke mata, hidung ke hidung, mulut ke mulut, telinga ke telinga (ini kalau saya lanjutin nggak akan selesai nih).

Dan semua ini akan menjadi kisah baru bagi Kibum dan Hyena.

Simak kisah selanjutnya ^^

TBC ___

 

Yang baca, kasih comment ya supaya saya bisa lebih baik lagi

Terimakasih #WithLove #wkwkwkwk

After A Long Time Has Passed (Oneshot FF)

Annyeong!!! Hota balik lagi dengan epep oneshot gajee… seperti biasa ni ff ancur bin gaje.. banyak banget kekurangan dan kesalahan yg author perbuat disini… tapi mohon komen ya.. huwahahahahahaha..

Dan ini saya gak ngeplagiat apapun!! Kalo ada yg bilang gw plagiat ntar saya cincang jadi daging giling santapan makan malam!!

Whuahahahaha~~

Happy reading sajo lah…

..::o::..

Title : After A Long Time Has Passed
Author : Saiaaaa…
Genre/Type : Romance, Drama, School life, Flashback, Angst/Straight
Cast : Park Hyejin (OC), Jung Yunho, Go Ahra, etc
Length : Oneshot

..::o::..

Kereta ini penuh sekali.. Kalau keadaannya seperti ini apa aku harus berdiri saja,ya? ah, tidak! Aku tidak mau berdiri! Aku tidak mau kelelahan berdiri sebelum sampai ke kantorku. Sebaiknya, aku terus bertahan di tempat dudukku meskipun ku akui, bokong besar dari ibu-ibu disampingku ini membuatku sangat terganggu karena selalu ingin mengambil tempatku. Aish, kalau saja mobilku sudah selesai diservice, aku tidak perlu berdesak-desakkan di kereta seperti ini.

Ah, karena terlalu asyik berpikir sendiri, aku sampai lupa mengenalkan diriku sendiri. Baiklah, namaku Park Hyejin. Mengenai umurku.. apakah itu penting? Yaah sebenarnya,aku tidak  terlalu menyukaimu bila kau bertanya berapa umurku. Umurku tiga puluh empat tahun! Dan aku belum menikah. Kau puas? Apakah kalian kira aku ini bujang lapuk atau perawan tua? Tidak! Aku akan menolaknya jika itu memang takdirku. Lihat saja nanti, aku akan menikah lebih cepat dari yang kalian kira!

Dan saat aku masih tenggelam dipikiranku sendiri, mataku menuju pada seorang pria yang duduk bersebrangan denganku. Pakaiannya rapi. Memakai jas hitam, dasi merah, sepatu kulit, dan membawa tas kerja yang menurutku kualitasnya bagus. Dan wajahnya! Tampan.. mata musangnya, bibir yang berbentuk hati, dan wajah kecilnya memang sangat menawan. Ah, kalau aku terus menatapnya seharian dengan santai sih aku bisa puas. Tapi, kalau keadaan berdesakan di kereta seperti ini mana bisa?! Dari tadi aku hanya bisa menatapnya dari celah kecil yang disisakan oleh seorang bapak-bapak yang berdiri di depanku.

Tapi kalau dicermati lagi, pria itu sebenarnya terlihat seperti orang kaya. Tapi, kenapa ia menggunakan kendaraan umum sepertiku? Apa mungkin mobilnya juga mempunyai nasib yang sama dengan mobilku? Yah, itu terlihat jelas dimatanya. Dari tadi ia terus memasang tampang cemas seolah-olah berpikir : ‘Bagaimana nasib mobilku..?’

Darimana aku mengetahuinya kalau mobilnya sedang diservice? Aku mengetahuinya dari brosur yang ia bawa. Brosur yang mengiklankan sebuah tempat service mobil. Brosur itu juga aku dapatkan setelah aku mengantarkan mobilku ke tempat service waktu itu.

Tapi… sebentar.. aku sepertinya…mengenal wajah orang ini? Wajahnya ini mirip dengan… teman sekolah menengah ku..? bukan teman..tapi, sahabat! Yeah, saat itu aku hanya menganggapnya demikian. Dan ia memasang name tag di jasnya bertuliskan : “Jung Yun Ho”.
Benarkah dia Jung Yunho? sahabatku di masa lalu?

*Flashback ON*

“Hyejin-ah…” seseorang menepuk bahuku. Aku yang saat itu sedang konsentrasi membaca buku di perpustakaan sekolah langsung menoleh kearah orang itu. Oh, ternyata kekasih Yunho yang memanggilku ini.. Namanya Go Ahra. Ah, sebenarnya Ahra ini sering cemburu karena kedekatanku dan Yunho yang menurut Ahra sudah lebih daripada sahabat. Hmm,mungkin ini karena sikap Yunho yang terlalu cuek pada Ahra. Aneh sekali Jung Yunho itu.. Kalau pada akhirnya ia bersikap seperti itu, untuk apa ia menerima pernyataan cinta Ahra dua bulan yang lalu?

“Apa..?”tanyaku dengan nada sepelan mungkin. Tidak mungkin aku berteriak di tempat seperti ini.. Kalian tahu sendirikan kalau ini perpustakaan?

“Yunho memanggilmu. Dia ada di dekat rak buku nomor tujuh belas,”jawabnya.

Aku terdiam sebentar. Mungkin Yunho sudah menemukan bahan yang tepat untuk diskusi tentang pelajaran Sosiologi kali ini. Benar, aku dan Yunho memang sedang berada di perpustakaan. Tapi kami berada di sudut perpustakaan yang berbeda.

Sebenarnya, aku dan Yunho sama-sama mengalami kesulitan mengerjai tugas Sosiologi ini. Ini karena pembahasan Guru yang kurang jelas, sehingga kami juga harus berpikir bagaimana cara mengerjakannya. Ck, memangnya Guru kira murid-muridnya sudah mengerti bagaimana cara mengerjakannya?

Aku pun menemui Yunho. Dan aku pun menemukan nya di samping rak buku .

“Kau memanggilku?”tanyaku pada Yunho. “Apa kau sudah menemukan bahan untuk tugasnya?”

Yunho menoleh kearahku. Ia menyengir dan kemudian menggeleng, “Belum..”jawabnya.

Aku mendengus. Aish, Jung Yunho ini memang benar-benar.. Tapi beginilah ia. Selalu tersenyum padaku tapi cuek pada Ahra.

“..Kalau begitu ikut aku saja! Kita tidak perlu mengerjakan tugas ini!”kata Yunho tiba-tiba.

Aku langsung menatapnya. Apa yang ia pikirkan? membolos? “Mengikutimu?”ujarku menatapnya bingung.

Yunho berdecak, “Sudah! Ikut aku saja!” tiba-tiba saja Yunho menarikku keluar dari perpustakaan dengan cepat.

Aku yang diseret oleh Yunho mencoba memberontak. Anak ini suka sekali menyeretku! Memangnya ia pikir aku hewan ternak? Dasar anak bodoh!

“Ya! Jung Yunho!”bentakku kearahnya ketika ia sudah melepaskan tanganku. Sekarang kami sedang berada di dekat pagar sekolah. Entah apa yang anak ini pikirkan sampai ia membawaku ke tempat ini..

“Loncat! Cepat loncat!”ujar Yunho berbisik. Wajahnya seolah-olah mengatakan : ‘Cepat! Ayo cepat!’

Aku yang mengerti maksudnya mengerutkan alisku, “Membolos lagi? Tidak! Aku tidak mau!”tolakku dan kemudian pergi meninggalkannya. Kemarin ia juga mengajakku untuk melakukan hal ini. Tetapi, saat sudah beberapa meter berjalan keluar sekolah, kami ditangkap oleh penjaga sekolah dan kami dihukum untuk mengepel satu sekolahan. Dan aku tidak mau hal itu terulang lagi. Kalau pun sampai terulang, Jung Yunho lah yang harus bertanggung jawab!

Yunho pun menahan tanganku, “Ayolah sekali ini sajaa..”ujarnya dengan tampang memelas. Aish, jangan beri aku tatapan seperti itu! kalau ia menatapku seperti itu, tentu saja aku akan kasihan padanya dan aku akan mengikutinya! Ck.. Tuhkan.. Akhirnya pertahananku runtuh juga, “Baiklah.. sekali ini saja!”kataku ketus.

Yunho tersenyum senang. Ia pun langsung membungkuk dan menyuruhku untuk menaiki punggungnya untuk melompati pagar. Aku pun melakukannya dan tak seberapa lama, aku sudah berhasil keluar dari sekolah. Yunho pun menyusulku dan ia melompat-lompat gembira ketika mengetahui bahwa dirinya sudah diluar sekolah. Anak ini memang mengalami kelainan jiwa..

“Kalau begitu, ayo!” ia pun kembali mengajakku untuk melakukan hal gila lainnya. Ia mengajakku ke toko baju dan menyuruhku untuk mengambil sepasang baju apa saja yang kuinginkan. Ah, akhirnya.. sahabatku ini mau membelikanku pakaian sebagai hadiah..“Langsung dipakai saja..”kata Yunho ketika aku sedang memilih-milih baju. Dan aku pun memutuskan untuk mengambil baju kaus oversize bergambar puppy dan shorts berwarna hitam. Lalu, kulihat Yunho sudah memakai kaus putih dengan jaket abu-abu, topi putih dan celana jeans.

“Nah, ayo kau yang bayar!”ujarku ketika kami berdua melintasi meja kasir.

Tapi Yunho langsung menyuruhku untuk diam. Perlahan, ia menggenggam tangan kananku dan mengajakku pergi keluar toko dengan langkah yang pelan. Aku yang melihat tingkahnya menatapnya aneh, “Ada apa sih?”tanyaku bingung. Tetapi, Yunho tidak menjawab dan tetap menyuruhku untuk diam.

Dan ketika kami sudah di dekat pintu toko dan hendak keluar, seorang penjaga berteriak kerah kami, “Hei, kalian belum bayar bajunya!”teriak penjaga itu pada kami.

Aku pun langsung menatap Yunho, “Cepat kau bayar pakaiannya!”kataku pada Yunho.

Tapi, Yunho tidak menjawabku. Dan satu detik kemudian, ia berlari kencang-sekencang-kencangnya keluar toko sambil menarik tanganku sehingga terpaksa aku juga ikut berlari bersamanya. Dan kusadari bahwa beberapa penjaga toko itu berlarian mengejar kami sambil berteriak agar kami mau membayar pakaian ini.

“Jung Yunho! apa yang kau lakukan?!”seruku pada Yunho masih terus berlari.

“Sudah! Lari saja yang kencang! Kau mau ditangkap mereka?!”balas Yunho.

“Memangnya kau tidak mau membayar pakaian ini dulu?”tanyaku.

“Tentu saja tidak! Sudah, lari saja yang kencang!”ujar Yunho lagi dan menyuruhku untuk bersembunyi di samping toko bunga. Aku pun langsung bersembunyi bersamanya dan mengamati penjaga toko itu yang terus berlari karena tidak menyadari bahwa kami sedang bersembunyi.

Dan ketika menyadari bahwa penjaga toko itu sudah tidak ada lagi, aku dan Yunho pun langsung jatuh terduduk. Kami berdua sama-sama tegang dan mengatur nafas kami yang sudah tidak beraturan. Setelah itu, aku pun menatap Yunho geram, “Hei! Tadi kita hampir mati! Kenapa kau menyuruhku untuk melakukan aksi gilamu?”bentakku sambil memukul lengan Yunho.

Yunho menatapku sebentar. Namun, tak seberapa lama ia malah tertawa keras. Aku yang melihatnya bingung karena tiba-tiba saja ia tertawa keras. Tetapi, ketika melihatnya yang tertawa seperti itu, aku malah ikut tertawa bersamanya karena mengingat kegiatan bodoh kami tadi..

“Hyejin-ah..ini untukmu,” Yunho menyodorkan setangkai bunga mawar padaku.

Aku pun mengamatinya sebentar, “Darimana kau dapatkan ini?”tanyaku pada Yunho.

Yunho pun tersenyum dan menunjuk ke sebuah rak yang dipajang di depan toko bunga. Di rak itu banyak sekali bunga mawar yang sengaja di pajang. Aku pun sudah mengerti pikiran Yunho. Pasti ketika sebelum bersembunyi disini, diam-diam Yunho mengambil bunga mawar itu. ah.. dasar..

Sambil tertawa, aku menerima bunga itu darinya. Dan kami pun kembali tertawa bersama…

*Flashback OFF*

Kusadari kereta ini berhenti disebuah stasiun. Lumayan banyak penumpang yang turun di stasiun ini. Tapi,stasiun ini bukanlah tujuanku. Aku masih menunggu sampai tempat perbehentian selanjutnya.

Dan ketika sudah banyak sekali penumpang yang turun atau ada beberapa penumpang yang naik ke kereta ini, aku masih saja menatap pria itu.. Pria yang kucurigai bernama Jung Yunho. sekarang aku bisa menatapnya lebih leluasa. Di gerbong ini hanya ada sepuluh orang saja sekarang. Namun tetap saja, sepertinya pria yang kuduga sebagai Jung Yunho itu masih tidak menyadari kalau aku terus menatapnya dari tadi. Seandainya jika benar ia Jung Yunho.. apa kah ia benar-benar lupa?

*Flashback ON*

Ahra menahan lenganku ketika aku melangkahkan kakiku menuju kelasku. Yeah, Go Ahra.. kekasih Yunho.
Karena merasa lenganku disentuh oleh Ahra, otomatis aku menatap kearahnya.

“Ahra-ah?”ujarku sambil menatapnya bingung.

“Hyejin-ah…” kudengar suaranya seperti tercekat. Matanya pun berkaca-kaca. Aneh.. ada apa dengannya?

“Ahra-ah.. kau baik-baik saja?”ujarku sambil berusaha untuk memeluknya. Kurasa Ahra juga sahabatku. Bukankah ia adalah kekasih Yunho yang merupakan sahabatku sejak lama?

Namun, kurasakan Ahra menolak pelukanku. Aku pun tidak mau memaksanya dan tidak jadi memeluknya. Aku menatapnya dengan lembut, “Sebenarnya ada apa?”tanyaku lembut sambil menatapnya. Kudengar ia terisak. Aku pun semakin bingung dibuatnya. Ada apa dengan yeoja cantik ini? Kenapa malah menangis?

Ahra mencoba berkata-kata, “Hyejin-ah.. ada yang ingin kubicarakan denganmu,”katanya dan mulai mengajakku menuju lapangan belakang sekolah.

Dan tak lama kami sampai di lapangan belakang sekolah. Kami berdiri di bawah pohon rindang dan berhasil melindungi kami dari sinar matahari.

“Ada apa Ahra-ah? Katakan padaku sekarang..”ucapku pada Ahra.

“Yunho… Yunho membenciku,”kata Ahra tiba-tiba.

Dan tentu saja aku kaget setengah mati. Apa?! Tidak mungkin Yunho membenci Ahra! “Ahra-ah.. itu tidak mungkin,”aku mencoba menghibur Ahra.

Ahra menggeleng, “Ini semua karena kau!”seru Ahra tiba-tiba.

Aku mengerutkan alisku bingung, “A..apa..?”tanyaku tidak mengerti.

“Yunho bilang ia tidak mencintaiku dan ia hanya memberikan hatinya untukmu! Kau tidak tahu kalau Yunho mencintaimu! Kau jahat! Selama ini ku kira kau adalah gadis yang baik! kau merusak hubunganku dengan Yunho!” seru Ahra sambil menangis.

Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Ahra. Gadis ini bicara apa? Tidak mungkin Yunho mencintaiku! Kami hanya bersahabat.. Kupikir Ahralah satu-satunya wanita yang ada di dalam hati Yunho.

“Aku membencimu!”ujar Ahra dan mulai mendorongku ke sebuah pohon. Tiba-tiba ia mencekikku dengan kuat sehingga aku tidak bisa bernafas.

“A..Ahra..akh.. lepas..”ujarku sekuat tenaga agar Ahra mau melepaskanku. Tapi, Ahra tetap tidak mau. Ahra tetap mencekikku dan aku terus meronta minta dilepaskan sambil menggenggam tangannya yang mencekik leherku. Jujur.. aku sangat takut.. Ahra.. ada apa denganmu?

Ahra pun mulai merogoh saku roknya. Diambilnya sebilah pisau kecil dari dalam saku roknya itu dan ia pun hendak melukai leherku dengan pisau itu, “J..jangan..”kataku takut.. Aku sungguh takut.. Siapapun cepat tolong aku!

Ahra tidak mendengarkanku. Ia pun masih melancarkan aksinya sampai seseorang mendorong keras tubuh Ahra. Alhasil, aku terlepas dari Ahra dan menatap kearah seseorang yang telah mendorong tubuh Ahra itu, “Y..Yunho-ya?”kataku sambil menatap Yunho yang telah mendorong Ahra hingga terjatuh di tanah.

Yunho menatapku sebentar. Dan kemudian ia melangkahkan kakinya kearah Ahra yang jatuh terduduk ditanah sambil menangis dan menggenggam pisau kecil itu. Entah apa yang Yunho pikirkan, Yunho menarik kerah Ahra hingga yeoja itu berdiri.

“Apa yang kau lakukan,hah?!!!”teriak Yunho di depan wajah Ahra yang tengah menangis.

Ahra tidak menjawab. Tangisannya malah semakin keras.

“Jung Yunho! cukup! Hentikan!” kataku pada Yunho agar Yunho mau melepaskan Ahra.

Yunho tidak mau mendengarkanku. Terlihat sekali Yunho sangat marah pada Ahra, “Aku muak melihat yeoja sepertimu! Kau menjijikkan!”seru Yunho dan melepaskan Ahra dengan kasar.

Ahra pun kembali jatuh terduduk di tanah dan masih menangis. Ia menatap Yunho dengan sendu.

“Yunho! kau..!”seruku geram pada Yunho karena tidak terima perilakunya yang begitu kasar pada Ahra. Aku pun mencoba menghampiri Ahra untuk menenangkan yeoja itu, namun Yunho menahanku. Aku pun menepisnya dan menatap Yunho kesal, “Kau pikir kau itu siapa?! Kejam sekali kau terhadap Ahra!”teriakku pada Yunho.

Yunho mendengus. Kemudian ia menyeretku ke suatu tempat. Sedangkan aku memberontak karena sikapnya yang membuatku kesal, “Yunho! lepaskan!!”seruku pada Yunho. Namun, Yunho tidak mau melepaskanku. Dan akhirnya, aku berhasil melepaskan tanganku dari cengkeramannya. Tapi setelah itu, Yunho malah mendorongku ke sebuah tembok dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Ia hendak menciumku. Tetapi, dengan cepat aku mendorong tubuhnya agar ia tidak menciumku.

“Apa yang kau lakukan?!”seruku pada Yunho. Yunho tidak menggubrisku. Ia kembali mendekatkan wajahnya padaku, namun aku kembali mendorongnya.

 Yunho yang menyadari sikapku menghela nafas. Kemudian ia menatapku putus asa, “Aku sudah putus dari Ahra..”kata Yunho padaku.

Aku terdiam sebentar. Baiklah, aku sudah tahu tentang ini.. “Aku sudah tahu..”jawabku mencoba untuk tenang walaupun sikap aneh Yunho tadi masih saja menjadi tanda tanya untukku.

“Aku memutuskannya karena aku lebih memilihmu,”kata Yunho.

Aku menatapnya dengan pandangan tidak mengerti, “A..apa?”tanyaku bingung. Ya Tuhan, kenapa Yunho dan Ahra sama-sama bersikap aneh padaku hari ini?

Yunho menghela nafas, “Aku menyukaimu, Hyejin-ah..”

*Flashback OFF*

Kereta kembali berhenti ke tempat perbehentian selanjutnya. Dan akhirnya banyak sekali penumpang yang turun dari kereta. Gerbong ini yang tadinya diisi oleh sepuluh orang, sekarang sisa aku dan pria yang kuduga adalah Yunho. Hanya sisa kami berdua disini.

Dan dengan keadaan berdua seperti ini, aku masih saja menatapnya. Benarkah ia Jung Yunho..? dan pria itu sepertinya sadar karena dari tadi terus aku pandangi. Dan ia pun menatapku dengan mata musangnya. Aku terdiam.. Aku membiarkannya memandangku dengan tatapan matanya..

*Flashback ON*

Aku menatap kedua orangtuaku tidak percaya saat kami berdua berkumpul untuk menyantap makan malam bersama di meja makan..

“Apa..? pindah sekolah?”tanyaku dengan nada tak percaya pada ayah dan ibuku.

Kulihat ibu mengangguk, “Ne. Kita pindah ke Boseong untuk beberapa saat. Setelah beberapa tahun menetap disana, kau boleh kembali ke Seoul,”jawab ibu.

Aku menggeleng tidak percaya. Kuletakkan sumpitku disamping mangkuk nasiku. Aku sudah tidak nafsu makan lagi. Kabar ini membuatku terkejut dan kehilangan selera makan.

“Kanapa harus pindah sekolah?”tanyaku lagi. Sungguh,aku tidak ingin pindah dari Seoul!

“Ayah mendapat tugas disana. Ayah harap kau mau mengerti,”jawab Ayah sambil menatapku.

Aku yang mendengarnya menundukkan kepalaku. Hatiku sungguh menolak hal ini. Aku tidak mau pindah..
“Ayah,Ibu.. aku tidak ingin pindah…”ujarku halus agar Ayah dan Ibu tidak marah akan keputusanku ini.

Ayah langsung menatapku marah, “Park Hyejin! Mengapa kau tidak mau menuruti Ayah?! Apa susahnya pindah ke Boseong?! Apa kau tidak suka jika harus meninggalkan sahabatmu yang bernama Jung Yunho itu?! apa kau pikir di Boseong tidak ada orang yang akan menjadi sahabatmu seperti anak itu,eoh?!!”bentak Ayah. Ibu yang mendengar Ayah berbicara sekeras itu cukup terkejut.

Aku menundukkan kepalaku, “Benar…”jawabku.. “Maafkan aku..”ujarku pada Ayah..

Setelah malam tentang berita kepindahanku berlangsung,paginya aku dan Yunho sedang duduk dibawah pohon yang berada di samping sekolah. Kami berdua duduk dalam diam. Sebenarnya aku yang mengajaknya duluan untuk duduk disini. Aku ingin memberitakan tentang kepindahanku. Tapi, aku tidak tahu harus memulai darimana. Apalagi setelah Yunho mengungkapkan perasaannya padaku dua hari yang lalu, hubungan kami semakin memburuk. Dan Go Ahra yang hampir melukaiku waktu itu juga tidak masuk sekolah karena insiden itu.

“Aku…” aku mencoba membuka suara duluan. Aku tidak berani menatap Yunho. Sama sekali tidak berani..

Yunho terdiam. Menanti kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibirku. Aku menghela nafas dan memejamkan mataku untuk mengumpulkan seluruh kekuatanku untuk menyatakan hal ini, “Aku.. akan pindah ke Boseong..”lanjutku sekuat tenaga. Aku meremas ujung rokku karena perasaanku yang tidak menentu. Apa Yunho akan marah karena aku yang akan pindah tiba-tiba seperti ini?

Yunho langsung menatapku. Namun dengan cepat, ia kembali memandang lurus ke depan, “Mengapa?”tanyanya dengan nada setenang mungkin. Walaupun aku sendiri tahu, bahwa ia sangat terkejut mendengar kabar ini.

“Ayahku mendapat tugas disana. Dan aku harus ikut..”jawabku masih menunduk. Aish, Jung Yunho! sebenarnya aku tidak mau ke Boseong! Hal yang paling berat adalah meninggalkanmu! Kau adalah sahabatku yang terbaik!

Yunho terdiam sejenak. Entah, apa yang ia pikirkan.. “Apa benar begitu?”tanyanya lagi dengan nada lirih.

Aku mengangguk pelan, “Aku akan pindah esok hari..”jawabku dengan nada tercekat. Aku hampir menangis. Aku tidak mau.. aku tidak mau pindah ke kota itu..Kumohon Yunho.. Kuharap kau mau mengerti.  Dan tak terasa air mataku mulai menetes dan mengalir di pipiku.

Yunho yang melihat tetesan air mataku memandang wajahku dengan sedih, “Kalau kau tidak mau,jangan pergi..”

“Aku terpaksa, Yunho…”balasku sambil menangis.

Yunho yang sepertinya mengerti perasaanku langsung memelukku dengan lembut. Aku malah semakin menangis karena pelukannya. Sedangkan, dia mengelus punggungku untuk memberiku ketenangan, “Sudah, jangan menangis.. Aku mengerti. Aku mengerti..”bisiknya lembut. Aku tidak membalasnya.. aku masih menangis. Yunho melepaskan pelukannya dan mencium bibirku. Aku hanya terdiam. Tidak membalas ciumannya sama sekali. Tetapi, aku memejamkan mata. Entahlah.. kurasa aku semakin merasa lebih baik jika ia seperti ini..

Yunho melepaskan ciumannya. Dan kemudian aku kembali ke posisiku semula. Hendak kuhapus air mataku, namun Yunho menghapusnya duluan dengan ibu jarinya.

“Tidak apa-apa.. Aku baik-baik saja kalau kau memang harus ke Boseong..”kata Yunho sambil menatapku lembut. Aku tahu.. Ada rasa sedih yang tersirat dari mata Yunho.

Aku mengangguk. Dan kemudian ia kembali memelukku. Aku membiarkan hari ini menjadi hari terakhir untuk kami berdua..

Dan esoknya, aku sudah berada di bus station untuk menunggu bus yang akan membawaku dan kedua orangtuaku menuju Boseong. Dan ketika aku hendak masuk ke dalam bus, seseorang memanggilku dari belakang.

“Hyejin-ah!!”

Otomatis, aku berbalik. Ayah dan Ibu yang mendengar seruan itu juga berbalik menuju sumber suara. Kulihat teman-teman sekelasku berlarian ke arahku. Aku yang melihat mereka tersenyum.

“Ah, kalian..?”ujarku pada teman-temanku.

“Apa benar kau akan pindah secepat ini?”tanya seorang temanku sambil memasang wajah sedih.

Aku mengangguk, “Benar.. kalian baik-baiklah disini..”jawabku sambil tersenyum.

“Kalau begitu jangan lupakan kami,”ujar mereka sambil cemberut.

Aku tersenyum dan kembali mengangguk, “Mana mungkin? kalian kan teman-temanku..”balasku sambil tertawa kecil. Dan diantara mereka, aku mencari sosok Yunho.. Tapi, aku tidak menemukannya. Dimana dia? Ahra juga tidak ada..

“Ini..”seorang temanku menyerahkan sebuah kotak berukuran cukup besar padaku, “Ini untukmu.. Dari kami semua..”kata temanku. Teman-temanku yang lain tersenyum sambil mengangguk. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan mengucapkan terimakasih.

“Hyejin, ayo..”Ayah mengajakku untuk masuk ke dalam bus.

Aku pun menurut dan melambaikan tanganku pada teman-temanku. Mereka pun membalasnya juga dengan lambaian tangan. Aku masuk ke dalam bus dan tak lama kemudian pintu bus ditutup. Bus mulai berjalan dan aku masih melambaikan tanganku lewat jendela. Ahh, aku akan sangat merindukan mereka..

Setelah itu, aku duduk di kursi penumpang dan mulai penasaran dengan kotak hadiah yang mereka berikan.

“Teman-temanmu sangat baik,ya..”ujar Ibu yang duduk disampingku ketika aku hendak membuka hadiah dari teman-temanku.

Aku tersenyum sambil mengangguk. Aku pun berhasil membuka kotak itu dan ternyata isinya adalah sebuah tas berwarna merah. Wah, tas ini bagus sekali..

Setelah melihat hadiahku itu, aku menghela nafas.. Rasanya ada yang kurang. Tidak ada Yunho disana? Mengapa ia tidak hadir bersama teman-temanku yang lain? Apa ia marah karena aku pindah sekolah?

Kurasakan bus melaju semakin kencang. Aku memejamkan mataku sejenak. Aku mencoba untuk tidur di perjalanan yang cukup panjang ini. Aku hanya ingin menenangkan diriku.. Tapi tidak bisa.. pikiranku masih saja melayang dan terus memikirkannya.. Benar, memikirkan namja itu. Jung Yunho.

Yunho-ya.. mengapa kau tidak datang..?

Kau jahat.. kau sungguh pria kejam.. Apa kau tidak menganggapku sebagai sahabatmu lagi,eoh?!

Namun, ditengah pergumulan batinku ini, tiba-tiba saja kurasakan bahwa jendela bus disampingku diketuk kencang dari luar. Otomatis,aku yang tadinya memejamkan mataku langsung membuka mataku dan menatap kearah jendela. Dan betapa terkejutnya aku melihat sosok Jung Yunho disitu yang sedang mengetuk jendela disampingku sembari berlari kencang. Aku yang melihatnya pun langsung meminta pengendara bus untuk berhenti sebentar. Setelah bus berhenti, buru-buru aku keluar bus dan menemui Yunho. Aku berlari kearah Yunho yang tampak kehabisan nafas karena terlalu lelah berlari.

“Hye..Hyejin-ah..”ujarnya ketika melihat sosokku yang sudah di hadapannya. Nafasnya begitu tidak beraturan dan ia terlihat cukup lelah.

Aku pun mendekatinya, “Yunho-ya.. kenapa kau lakukan ini?”tanyaku sambil menatapnya.

“Aku hanya ingin melihatmu. Sekali lagi..”ujarnya sambil menatap mataku, “..pada awalnya aku tidak ingin mengantarkan kepergianmu karena aku tidak mau melihatmu pergi. Tapi, aku tidak tahan. Aku sangat ingin melihatmu, sekali lagi..”sambung Yunho dengan nada yang tulus.

Aku yang mendengarnya langsung memeluknya. Ia pun membalas pelukanku, “Yunho-ya.. aku sudah tahu..”ujarku saat memeluknya. Aku tersenyum dan kemudian melepaskan pelukanku. Dan entah mengapa, air mataku menetes.. Aku sangat menyayangi Yunho. Dia adalah sahabatku yang paling istimewa.

Yunho menghapus air mataku dengan ibu jarinya, “Tak akan ku biarkan kau menangis..”kata Yunho sambil menatap mataku lembut. Sedangkan, Ayah dan Ibuku yang masih di dalam bus hanya menatap kami dari dalam sana.

Aku menggenggam tangannya yang ia pakai untuk menghapus air mataku. Tangan besar dan hangat ini.. akan selalu kuingat..

“Ini untukmu..” Yunho menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna putih padaku. Aku pun menerimanya dan menatap kearah kotak itu. “Kembalilah ke dalam bus..”kata Yunho sambil tersenyum padaku.

Aku yang mendengarnya mengangguk kecil dan hendak melangkah menuju bus. Namun, aku berbalik ke arah Yunho dan memeluknya sekali lagi. Memeluknya dengan lebih erat dan hangat..

Dan setelah itu, kami mengucapkan selamat tinggal.. Aku kembali ke dalam bus dan menuju tempat dudukku. Ketika di jendela, aku melambaikan tanganku kearah Yunho, “Kau akan selalu kuingaaat!!”teriakku pada Yunho lewat jendela bus.

“Kau juga akan kuingaat!!”teriak Yunho sambil melambaikan tangannya padaku.

Bus pun kembali berjalan.. Aku menutup jendela bus dengan berat hati.. Yunho dan kenangan manis bersamanya, akan kusimpan dalam memoriku.

 Ketika aku hendak membuka kotak yang diberikan oleh Yunho padaku,Ibu bertanya padaku,“Dari Yunho?”tanya Ibuku. Aku mengangguk dan membuka kotak itu. Ternyata, isinya adalah sebuah cincin. Dan aku melihat dikotak itu ada secarik kertas. Sebuah surat..?
Dengan cepat aku membaca surat itu. Dari Yunho..

‘Hyejin-ah.. Maaf, rasanya begitu sulit jika aku membiarkanmu pergi..Kita sudah bersahabat cukup lama..Aku tidak sanggup melihatmu pergi meninggalkanku.. meninggalkan kami semua.. Sungguh menyenangkan apabila menghabiskan waktu bersamamu seperti yang sudah pernah kita lakukan. Tertawa bersama, menangis bersama.. Semuanya terasa begitu indah. Aku berharap bahwa kau selalu baik-baik saja. Aku akan selalu mendoakanmu dari sini. Kuharap, dimasa depan kita bisa bertemu lagi. Aku menyayangimu, Hyejin-ah.. Aku akan sangat merindukanmu.. Terima kasih kau sudah mau menjadi sahabatku selama ini. Aku sangat berterimakasih…’

*Flashback OFF*

Kereta pun berhenti di tempat pemberhentian selanjutnya. Di tempat pemberhentian inilah sebenarnya aku harus turun. Tapi, bagaimana bisa aku melakukannya? Pria yang kuduga adalah Jung Yunho itu masih saja menatapku.. dengan tatapan tidak percaya..

Aku pun mencoba untuk menormalkan diriku dan menghilangkan anggapan bahwa pria itu memang benar-benar Jung Yunho. Sudah cukup dengan kegiatan mengingat masa laluku sendiri hari ini. Aku pun mulai melangkahkan kakiku keluar dari kereta dan meninggalkan pria itu. Tidak mungkin dia Jung Yunho.. Bukankah banyak sekali orang yang bernama Jung Yunho di dunia ini? Meskipun ia memang benar-benar Jung Yunho, pasti ia sudah melupakanku.. Apalagi, setelah aku putus kontak dengannya karena Ayah yang tidak suka melihatku bergaul dengan Yunho, mungkin menjadi sebuah alasan ia bisa melupakanku. Yeah, dia lupa.. Anggap saja kalau ia telah melupakanku.

Baru saja beberapa langkah kakiku keluar dari kereta, sebuah suara dari belakangku memanggil diriku dengan suara yang lantang, “Hei!!”

Aku yang mendengarnya pun langsung berbalik. Seketika, aku melihat pria yang kuduga bernama Jung Yunho itu tengah berlari kecil kearahku. Mungkinkah..? Apa benar ia adalah Jung Yunho dan ia masih mengingatku?

“Apa kita pernah saling mengenal?”tanyanya padaku. Benar.. ini memang Jung Yunho.. Sungguh, ini memang Jung Yunho!

“Yunho-ya!” belum sempat aku menjawab, sebuah suara menghampiri kami berdua. Kulihat seorang wanita tengah berlari kecil kearah Yunho. Wanita itu menatap aneh kearahku, seolah-olah berkata : ‘Siapa dia..?’

“Ahra-ya?”kata Yunho pada wanita yang menghampirinya itu. Apa? Ahra? Go Ahra?

Dan kulihat di jari manis mereka berdua tersemat cincin yang sama. Apakah itu.. cincin pernikahan? Entah mengapa ketika melihat hal itu, hatiku terasa remuk dan hancur. Ada apa dengan diriku?

“Sepertinya aku pernah melihatnya…”gumam Ahra sambil memandangku penuh selidik.

Aku yang mendengarnya langsung membungkukkan badanku dengan cepat, “Maaf.. mungkin kalian salah orang..”kataku pada Yunho dan Ahra yang kini sudah menjadi sepasang suami istri itu. Buru-buru aku berlari meninggalkan mereka berdua.. meninggalkan Yunho dan Ahra..

Hmmh, baiklah.. kalian berdua adalah bagian dari masa laluku. Bagian dari masa laluku yang entah mengapa tiba-tiba muncul di masa sekarang. Dan kau Jung Yunho… ingatlah,kau akan selalu ada di dalam hatiku…

*END*

Huwhahahaha… author comeback dengan ff oneshot nista author.. sebenarnya ni ff udah pernah aku post di akun fb ku, tapi aku coba buat post di blog ini lagi.. ^^
tapi kalo yang di fb genre nya beda… bukan straight… wehehehe~

Makasih udah mau baca.. mohon tinggalkan komentar, ne?

Yang komen aku doain dinikahin sama biasnya.. xDD

I’m Married! (Part 4)

Nah,ini dia Part 4 nya ^^ Pasti banyak yg nunggu deh ^^ *author kepedean*
mohon dinikmati aja deh ceritanya,,mian kalo gaje,,

FF INI KARYA SAYA!! TANPA NGEPLAGIAT FF LAIN!! JADI,KALAU ADA FF YANG MUNGKIN MIRIP DENGAN YANG SAYA PUNYA,ITU KETIDAK SENGAJAAN!! JADI AWAS AJA KALO ADA YANG SAMPE BILANG KALO AKU INI PLAGIAT!!!! TAK TENDANG KOWE!! *jawanya keluar*

Author nggak akan pernah bosan untuk mengatakan jangan pernah menjadi Silent Reader!! Tolong hargai apa yang sudah aku tulis,,meskipun ceritaku nggak bagus2 banget,seenggaknya tolong kasih komentar yang sekiranya bisa membangun untuk aku dan karyaku,,

Aku nggak akan terima bash! Jadi mendingan komen aja deh,,komennya yang positif,ok? J

..::o::..

Title : I’m Married
Author : Me ^^
Genre : Romance & Comedy
Length : 4/?
Rating : PG 15
Main Cast : Nam Joomin,Park Yoochun,Hwang Miyoung (Tiffany SNSD),Jung Yunho
Other Cast : (Saya males nyantumin nama2nya,, ==” *plakk)

..::o::..

*Cuplikan Part 3*

“Ajusshi,wanita yang bernama Hwang Miyoung ini siapa? Pacarmu?”tanyaku pada Yoochun sambil menunjuk wanita yang berada di samping Park Yoochun.

Yoochun menoleh dan melihat wajah wanita yang bernama Hwang Miyoung itu. Akan tetapi,ia langsung merebut foto berbingkai itu dengan cepat dari tanganku dan langsung menyimpannya kembali ke dalam laci dengan cepat dan agak kasar,sehingga menimbulkan suara yang sedikit keras.

“Bukan siapa-siapa,”jawabnya. Aku yang mendengar jawabannya pun mengangguk. “Ayo, belajar lagi,”kata Yoochun dan memintaku untuk memfokuskan diriku pada pelajaran.

Tetapi,diam-diam aku mengamati laci yang merupakan tempat foto itu berada. Entah mengapa,aku menjadi penasaran akan wanita yang berada di dalam foto tersebut.. Apakah itu kekasih Yoochun? Namun entah mengapa,dadaku terasa sesak jika memikirkan kalau wanita itu adalah kekasih Park Yoochun..

..::o::..

*Author POV*

Seorang wanita yang tengah menggeret kopernya sedang berjalan keluar dari bandara Incheon pagi itu. Setelah keluar dari bandara dan menumpang taksi,wanita itu mulai melepas kacamata hitamnya. Ia tersenyum dan memandang pemandangan disepanjang jalan yang ia lalui lewat kaca jendela taksi.

“Korea Selatan.. Hwang Miyoung sudah kembali…”senyum wanita itu sambil terus memandang antusias pemandangan disepanjang jalan dengan mata indahnya..

*Part 4*

Joomin sedang berjalan ditrotoar sambil menikmati satu cone ice cream bersama dua sahabatnya,yaitu Junsu dan Seorin. Ketiganya baru saja pulang sekolah dan habis melakukan rapat club. Kebetulan mereka bertiga mengikuti club musik disekolah mereka.

“Malam semakin larut,kurasa aku akan pulang sekarang. Aku duluan ya!”pamit Seorin dan mulai bergegas untuk pulang.

“Eh,benar.. Aku juga akan pulang. Joomin Noona,sampai ketemu besok ya!”pamit Junsu pada Joomin. Joomin tersenyum dan sedikit melambaikan tangannya. Junsu pun mengangguk dan mulai menyusul Seorin yang sudah beberapa langkah di depannya, “Yaa,Seorin Ajumma!! Tunggu aku!!”

Seorin yang dipanggil seperti itu hanya bisa mendengus pelan. Sudah selama lima tahun Junsu selalu memanggil Seorin dengan sebutan ‘Ajumma’. Bosan juga rasanya jika harus terus-terusan memarahi Junsu yang notabenenya adalah sahabat Seorin dan Joomin sejak lahir. Seorin pun hanya bisa pasrah ketika tangannya ditarik oleh Junsu untuk naik subway. Joomin yang mengamati mereka dari kejauhan tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

Dan setelah subway itu pergi,Joomin menghela nafas panjang. Mau tidak mau,Joomin harus pulang sendirian. Kebetulan hari ini Yoochun tidak menjemputnya. Mungkin Yoochun sedang sibuk.

Joomin pun mulai memasang headsetnya dan mulai mendengar lagu dari boyband favoritnya,2PM. Ia menikmati alunan musik dari MP3 miliknya sambil menikmati ice creamnya. Tetapi,karena terlalu asyik mendengarkan lagu,tiba-tiba saja Joomin tersandung sesuatu dan..

Bruuukkk!

Joomin terjatuh diatas tanah dan ice cream yang dipegangnya tiba-tiba saja hilang setengah. Dan ternyata,sisa ice cream yang setengahnya lagi ada pada rambut seorang Ajumma-ajumma yang saat itu berada di depan Joomin. Kontan saja,Ajumma itu melompat kaget ketika merasakan sesuatu yang dingin tengah menyelimuti rambutnya. Ia pun bertambah shock ketika menyadari bahwa ada cairan ice cream rasa cokelat menetes dari atas kepalanya. Kini,kepalanya penuh dengan ice cream….

“Aduh..”rintih Joomin yang merasa tubuhnya sakit karena jatuh tersungkur begitu saja. Ia masih tidak menyadari kalau ice creamnya tadi telah tertumpah dan mengotori rambut seorang Ajumma yang berada di depannya. Ketika Joomin hendak bangkit,Ajumma yang berada di depan Joomin pun langsung berteriak shock.

“Kyaaaaa!!! Apa-apaan ini?!! Ada ice cream dirambutku?!! Yaa,kau gadis bodoh!! Kau mau menghancurkan rambutku,huh?!!”jerit Ajumma itu sambil memandang Joomin seram.

Langsung saja,orang-orang yang berada di sekitar situ langsung menatap Ajumma itu dan Joomin dengan bingung dan aneh.

“Ah? Ch..Choseonghamnida..” Joomin buru-buru minta maaf sambil membungkukkan badannya sembilan puluh derajat berulang kali. Joomin benar-benar merasa bersalah dan berharap dalam hati kalau Ajumma itu akan memaafkannya.

“Apa katamu?! Kau hanya meminta maaf saja?!! Aku sudah menata rambut ini disalon setengah jam yang lalu,dan kau merusaknya dengan ice creammu itu?!!”amuk Ajumma itu lagi.

“Choseonghamnida.. Aku juga tidak sengaja melakukan hal ini..”kata Joomin lagi dan berusaha agar Ajumma itu mau memaafkannya.

Dan bersamaan dengan itu,sebuah mobil berwarna hitam tengah melintasi tempat dimana Joomin dan Ajumma itu berada. Ternyata,di dalam mobil itu ada seorang Park Yoochun yang sedang memeriksa beberapa dokumen dan Sekretaris Lee yang sedang menyetir mobil.

“Sekretaris Lee! Sudah pukul berapa ini?!! Kau menyetir lambat sekali! Lain kali,aku tidak akan mengijinkanmu untuk menyetir mobil milik perusahaan!!”bentak Yoochun galak pada Sekretaris Lee.

Sekretaris Lee yang dibentak seperti itu langsung menggigit bibir bawahnya dengan takut, “Ch..choseonghamnida,Sajangnim…”kata Sekretaris Lee takut-takut.

Yoochun yang mendengar hal tersebut mendengus pelan. Dan tak sengaja,manik matanya menangkap sosok Joomin yang sedang membungkuk berkali-kali pada seorang Ajumma di pinggir jalan. Yoochun yang melihat hal tersebut pun langsung menyuruh Sekretaris Lee untuk menghentikan mobil, “Sekretaris Lee! Cepat berhenti!”pinta Yoochun.

“Ye? T.. Tapi,Sajangnim…”

“Kubilang berhenti,ya berhenti!! Kau mau aku pecat,huh!?”bentak Yoochun memotong kalimat Sekretaris Lee. Karena merasa sangat takut atas kegalakan Yoochun,Sekretaris Lee pun langsung menghentikan mobil di sisi jalan. Setelah mobil berhenti,Yoochun pun langsung keluar dari mobil dan langsung diikuti oleh Sekretaris Lee.

Yoochun pun mengarahkan langkah kakinya pada Joomin yang sedang dimarahi oleh seorang Ajumma yang dikepalanya terdapat banyak ice cream.

“Kau ini bodoh sekali! Bagaimanapun kau harus tanggung jawab atas kejadian ini!!”amuk Ajumma itu pada Joomin.

Joomin pun kembali membungkukkan badannya meminta maaf, “Aku tidak sengaja.. Aku tidak tahu kalau hal ini bisa terja..”

“Ada apa ini?”tanya Yoochun yang kini telah berdiri di samping Joomin.

Joomin dan Ajumma itu yang mendengar suara Yoochun pun langsung menatap kearah Yoochun.

“Ajusshi?”gumam Joomin kaget menyadari keberadaan Yoochun.

Ajumma yang kepalanya terdapat ice cream itu langsung tersenyum canggung ketika melihat keberadaan Yoochun. Ajumma itu tampak sungkan ketika melihat sosok Yoochun yang terlihat begitu berwibawa dengan jas ala Presdir yang dikenakannya.

“Ah..begini.. tadi gadis ini menumpahkan ice creamnya dikepalaku..”jelas Ajumma itu sambil tersenyum.

Yoochun yang mendengarnya langsung menatap kearah Joomin, “Apa benar begitu?”tanya Yoochun pada Joomin. Joomin yang mendengarnya pun mengangguk pelan dan kemudian menundukkan kepalanya. “Aku kan tidak sengaja…”kata Joomin takut-takut pada Yoochun. Yoochun yang mendengarnya menghela nafas pendek dan kembali berfokus pada Ajumma itu kembali, “Dia sudah meminta maaf?”tanya Yoochun lagi pada Ajumma tersebut.

“Sudah.. tapi,bagaimanapun rambutku ini sangat berharga. Aku baru menatanya disalon.. Dia juga tidak bertang..”

“Jadi,kau belum memaafkannya?” Yoochun memotong kalimat Ajumma tersebut sambil memandang Ajumma itu lurus.

“Eh?”Ajumma itu memandang bingung kearah Yoochun.

“Dia ini sudah meminta maaf padamu,tetapi kau tidak memaafkannya. Apa kau bisa membayangkan apabila kau lah yang berada diposisi gadis ini? Bagaimana perasaanmu?”ucap Yoochun sambil memandang Ajumma itu. Joomin yang mendengar kalimat Yoochun mengangkat kepalanya dan menatap penuh tanya kearah Yoochun.

Ajumma itu tampak gugup seketika, “T..tapi..”

Namun,dengan cepat Yoochun memotong kembali kalimat Ajumma itu, “Lagipula,apa kau tidak malu dilihat oleh orang banyak? Apa kau tidak menghiraukan tanggapan orang lain kalau kau lebih memperhatikan rambutmu daripada perasaan seseorang? Apakah kau tidak pernah diajarkan untuk memaafkan orang lain sewaktu kau kecil?”kata Yoochun lagi sambil memandang Ajumma itu tajam.

Joomin yang melihat itu hanya memandang Yoochun kaget dan bingung. Mana bisa Yoochun berkata seperti itu pada seseorang yang lebih tua? Yoochun terlampau berani.. Apa semua ini dilakukan oleh Yoochun untuk membela Joomin?

Ajumma itu kini terlihat gugup dan hendak menjelaskan hal itu sekali lagi, “Be..begini..”

“Masih tidak terima? Baiklah,aku akan memberikanmu uang untuk menata rambutmu kembali,” Yoochun pun mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikan uang itu pada sang Ajumma. “Sekretaris Lee,” Yoochun memanggil Sekretaris Lee yang berada di sampingnya setelah Ajumma itu menerima uang dari tangan Yoochun.

“Y..ye,Sajangnim?”respon Sekretaris Lee.

“Kita antarkan gadis ini pulang,”kata Yoochun sambil melirik Joomin yang sedang menatap Yoochun dengan bingung.

..::o::..

*Joomin POV*

“A..ajusshi! berhenti!” Aku menghadang langkah Yoochun yang hendak menaiki mobil. Kini tubuhku berada di hadapan Yoochun dan berhasil membuat langkah Yoochun berhenti karena terhalang oleh ku.

Yoochun yang menyadari akan tingkahku langsung menatapku, “Apa?”tanyanya.

“K..kau melakukan hal itu untuk..untuk..m..membelaku?”tanyaku dengan nada agak gugup. Aku takut kalau ia menjawab tidak. Kalau ia menjawab ‘tidak’,berarti aku terlalu GR.

Yoochun menghela nafas, “Ne,”jawab Yoochun singkat dan mengambil jalan di samping tubuhku lalu naik ke dalam mobil.

Aku yang mendengar jawabannya mematung di tempatku. A..Apa benar dia melakukan hal ini untuk membelaku? Mengapa ia membelaku? Dia baik sekali..

..::o::..

Malam ini aku sedang menonton TV di ruang tamu. Sejak tadi,Yoochun belum pulang. Padahal, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Apa dia kerja lembur,ya? Lalu..Apakah ia sudah makan? Dari pada bingung begini,lebih baik aku mengirimnya pesan singkat..

Ajusshi,kenapa belum pulang? Cepat pulang.. Aku akan membuat makan malam.

From : Joomin
To : Yoochun Ajusshi

Aku mengetik kata-kata itu di ponselku dan hendak mengirimkannya pada Yoochun Ajusshi. Eh,tapi tunggu sebentar! Kenapa aku mulai mencemaskannya? Kenapa aku malah bertingkah seperti seorang istri? Kalau dia belum pulang dan kelaparan,itu bukan urusanku. Terserah saja dia mau melakukan apa.. Apapun yang terjadi padanya,itu tidak ada sangkut pautnya denganku.

Setelah berpikir seperti itu,aku pun menghapus semua kalimat-kalimat itu dan batal untuk mengirimkannya.Tetapi,perlahan aku mengetik kalimat-kalimat itu kembali. Dengan ragu,aku pun hendak mengirim pesan itu. Dan akhirnya,pesan itu terkirim dengan sukses.

“Hyaaa,apa yang telah aku lakukan?!”rutukku ketika menyadari bahwa pesan itu sukses terkirim. Aduh,memalukan.. Kenapa aku mengirimi Ajusshi itu pesan?! Ck,pasti Ajusshi itu akan menganggapku sebagai gadis yang memalukan! Ia pasti tidak akan membalas pesanku..

Beberapa detik kemudian,tiba-tiba saja ada suara mobil yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Ah,pasti itu Yoochun Ajusshi! Semoga,ia belum membaca pesanku! Dengan secepat kilat,aku bangkit dari sofaku dan langsung membuka pintu. Kulihat bahwa Yoochun keluar dari mobilnya dan menutup pintu mobil itu. Ia juga sedikit mengendurkan dasinya dan melepas kancing jasnya. Lalu,ia mulai melangkah hendak masuk ke dalam rumah.

“A..Ajusshi!”seruku di hadapannya.

Dengan cepat Yoochun langsung memandangku. Sepertinya ia agak kaget.

Aku pun langsung berjalan mendekati Yoochun. Kulihat kalau Yoochun membawa sebuah aquarium plastik berisi dua ekor ikan koi. Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat untuk membahas soal ikan. Yang terpenting adalah pesan singkatku itu!

“Aku pinjam ponselmu!”kataku.

Yoochun pun memandangku heran, “Memangnya kenapa?”tanyanya.

“Sudah,berikan saja!”

Yoochun yang mendengar perkataanku mendengus pelan. Ia pun memberikan ponselnya padaku. Dan secepat kilat,aku menerima ponsel itu darinya dan memeriksa kotak masuk. Hahh…syukurlah..pesanku belum terbaca. Dengan cepat,aku langsung menghapus pesan itu.

“Kau memeriksa kotak masuk?”tanya Yoochun sambil memandangku.

Aku yang mendengarnya langsung terlonjak kaget lalu menyembunyikan ponselnya dibelakang tubuhku, “T..tidak!”bohongku. Aish,pasti dia mengetahui apa yang sedang aku lakukan..

“Tadi kulihat ada pesan masuk dan aku belum membacanya..itu dari siapa?”

“T..tidak ada pesan masuk,”bohongku lagi dengan nada bicara yang gugup.

Tetapi sepertinya Yoochun tidak mempercayaiku begitu saja. Ia pun memandangku dengan curiga. Perlahan,ia meletakkan aquarium plastik yang dibawanya itu ke atas tanah. Dan ia mulai melangkah mendekatiku dengan tatapannya yang lurus kearah bola mataku. Menyadari kalau ia semakin berjalan mendekatiku,aku sedikit berjalan mundur untuk menghindarinya.

Dan tiba-tiba saja,tumitku tersandung oleh sebuah batu. Karena tidak siap,aku pun hendak terjatuh sambil berteriak, “Kyaaaaa!! E..eh?” tiba-tiba saja aku mendadak bingung karena aku tidak jadi terjatuh. Tetapi dengan cepat kusadari,bahwa dengan posisi siap jatuhku,tangan kanan Yoochun menahan pinggangku dan tangan kirinya menggenggam tangan kananku. Tangan kiriku mencengkram bahu kanannya dan kaki kananku tertekuk ke belakang. Namun,yang membuatku tidak sanggup berkata-kata adalah posisi kami yang sekarang ini telah mengakibatkan wajah kami menjadi begitu dekat. Kulihat matanya yang bersinar itu memandang wajahku dengan tatapan yang sedikit kaget. Sedangkan,aku menatapnya dengan gugup dan kaget.

‘Deg..deg..deg..deg..’

Jantungku melompat-lompat di dalam tubuhku. Dengan susah payah,aku menelan ludahku dengan gugup. Tetapi,aku langsung mendorong tubuh Yoochun dan mencoba untuk menormalkan kembali diriku. Kulihat bahwa Yoochun melakukan hal yang sama denganku. Sepertinya ia cukup salah tingkah akan hal ini.

“P..ponselmu terjatuh!”kataku dan langsung menyambar ponsel Yoochun yang terjatuh di atas tanah. Aku mengeluarkan tampilan dari menu kotak masuk dan memberikannya pada Yoochun kembali. Yoochun Ajusshi pun langsung menerima ponselnya dari tanganku dan membawa aquarium plastik berisi ikan itu ke dalam rumah. Ia melangkah masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukanku. Huh,cuek sekali dia..

*Author POV*

Diluar pagar rumah Yoochun dan Joomin,ternyata ada seseorang yang melihat kejadian yang baru saja terjadi,kejadian dimana Joomin hendak terjatuh namun Yoochun menahannya.

Sosok yang merupakan seorang namja yang memakai jaket training sambil menggenggam tali yang digunakan untuk mengajak anjingnya jalan-jalan itu,tersenyum melihat kejadian itu. tetapi,kemudian ia kembali melirik pada anjingnya yang kini tengah bersamanya, “Taepoong-ah,sepertinya sudah cukup jogging malam-malam seperti ini. Ayo kembali ke rumah,”kata Yunho dan kembali membawa anjingnya yang bernama Taepoong itu untuk pulang ke rumah.

*Joomin POV*

Hari ini adalah hari Minggu. Jadi,aku dan Yoochun hanya berdiam di rumah pada hari ini. Hari sudah siang dan aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke luar rumah. Aku merasa bosan. Bayangkan saja,di hari Minggu ini aku sama sekali tidak ada kerjaan. Apalagi,si Ajusshi itu hanya mengurung diri di kamarnya sepanjang hari. Entah apa yang ia lakukan,aku tidak peduli..

Akhirnya aku memakai sepatuku dan mencoba berjalan keluar rumah. Dan setelah berada di luar rumah,aku tersenyum. Hmmh,setidaknya aku bisa menghirup udara diluar sekarang.

Aku pun membuka pintu pagar dan keluar rumah. Aku berjalan-jalan sebentar sambil mengamati beberapa rumah lainnya yang bersebelah dengan rumahku. Perumahan ini cukup asri dan nyaman. Meskipun sekarang tampak agak sepi,itu tidak menggangguku. Ketika sedang asyik berjalan-jalan,aku melihat seekor anjing besar yang tengah berlari ke arahku. Aku yang melihat anjing itu pun terlonjak kaget. Apalagi ia sedang berlari ke arahku sambil menjulurkan lidahnya. Karena takut,aku pun langsung berlari secepat mugkin.

Hyaaaa,bagaimana bisa hal ini terjadi?! Aku kan takut anjing! Aku pun semakin mempercepat lariku. Tetapi,semakin cepat aku berlari,anjing itu semakin cepat mengejarku.

“Kyaaaa,tolong! Tolong aku! Jauhkan aku dari anjing ini! Kyaaa, jangan mendekat anjing aneehh!”jeritku sambil mencoba untuk mengusir anjing itu.

Tetapi percuma saja,anjing itu masih bersemangat mengejarku. Akhirnya,aku sampai disuatu rumah yang pagarnya terbuka. Aku pun langsung masuk begitu saja ke dalam pekarangan rumah tersebut dan menarik-narik baju sang pemilik rumah yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.

“Hyaaa,tolong! Tolong aku! Anjing itu mengikutiku terus! Tolong jauhkan anjing itu dariku.. Kumohon!”kataku sambil menarik-narik baju si pemilik rumah itu sambil memejamkan mataku takut.

“Eh? Murid Joomin?”

Tiba-tiba saja suara sang pemilik rumah itu sanggup membuka mataku seketika. Aku kenal suara ini. Ini suara… Jung Yunho Seonsaengnim!! Lantas,aku pun langsung menatap wajah Jung Seonsaengnim  dan melepaskan tanganku dari bajunya.

“Ch..choseonghamnida…”ujarku gugup sambil memandangnya takut.

Seonsaengnim hanya tersenyum melihatku dan kemudian ia menghampiri anjing yang tadi mengejarku. Ia mengelus puncak kepala anjing itu dengan penuh kasih sayang. Sedangkan,anjing itu hanya duduk manis sambil menggoyangkan ekornya kesana-kemari ketika menerima sentuhan Seonsaengnim.

“Dia ini anjingku. Namanya Taepoong..”kata Jung Seonsaengnim sambil tersenyum kearahku, “Apa dia ini yang mengejarmu?”tanya Jung Seonsaengnim.

Aku pun mengangguk pelan, “B..benar…”

..::o::..

Sekarang aku dan Jung Seonsaengnim sedang duduk di kursi taman yang terletak di halaman rumah Jung Seonsaengnim. Ia memberiku segelas susu dan beberapa keping biskuit.

“Seonsaengnim tinggal disini?”tanyaku pada Jung Seonsaengnim.

Jung Seonsaengnim mengangguk, “Setelah pindah dari Pusan,aku langsung tinggal disini,”jawabnya sambil mengelus Taepoong yang berada di depan kami. Yahh,ternyata anjing yang mengejarku tadi adalah anjing milik Jung Seonsaengnim. Taepoong namanya.. Kata Jung Seonsaengnim,Taepoong mengejarku karena ia menyukaiku. Huh,apa Taepoong naksir padaku? Menakutkan sekali.. Untung saja di sampingku ada Jung Seonsaengnim. Jadi,aku tidak perlu merasa was-was pada Taepoong.

“Seonsaengnim berasal dari Pusan?”tanyaku.

“Sebenarnya aku orang Gwangju. Tapi,setelah lulus kuliah di Seoul,aku diminta untuk mengajar di Pusan. Setelah beberapa tahun di Pusan,aku dipindah tugaskan ke Seoul,”jawab Jung Seonsaengnim sambil tersenyum.

Oh,ternyata begitu.. dari Gwangju ke Seoul,lalu ke Pusan,dan kemudian kembali lagi ke Seoul. Wah,rumit juga ya.. Pantas saja,saat pernikahanku di Pusan,aku sempat melihat Jung Seonsaengnim di tepi pantai, “Seonsaengnim tinggal sendiri disini?”tanyaku lagi.

“Aku tinggal bersama Ibuku.. Ibuku tinggal di Seoul meskipun aku di Pusan dulu,”jawabnya lagi.

Aku mengangguk tanda mengerti. Dan kemudian,aku pun bertanya, “Seonsaengnim umurnya berapa?”

“Ng? Umurku…”

“Eomoni sudah pulang!” tiba-tiba saja sebuah suara terdengar dari arah pintu pagar. Sontak saja,aku dan Jung seonsaengnim memandang ke arah sumber suara.

“Eomoni?”sambut Jung Seonsaengnim sambil menghampiri Ibunya yang sedang membawa beberapa kantung belanjaan.

Oh Tuhan! Aku..aku kenal akan wajah Mrs. Jung ini! Aku menatap Mrs. Jung dengan kaget. Mrs. Jung juga memandangku kaget. Ya ampun..ada apa ini? Kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi? Mrs. Jung ini kan… Ajumma yang rambutnya terkena ice cream olehku kemarin!! Hyaaaa,bagaimana bisa aku bertemu dengannya disini?!! Dan pada kenyataannya,ia adalah Ibu dari Jung Seonsaengnim!!

“Kau?!”pekik Mrs. Jung sambil menatapku kaget. Aish..pasti dia masih ingat akan kejadian kemarin.. Ck,tamatlah riwayatku sekarang…

..::o::..

“Jadi,Eomoni dan Murid Joomin sudah saling mengenal?”kata Jung Seonsaengnim antusias ketika kami bertiga sedang duduk diruang tamu rumah Jung Seonsaengnim.

Mrs. Jung yang mendengar hal itu mendengus dan kemudian meminum segelas air putih di atas meja dengan cepat. Sepertinya,Mrs. Jung cukup frustasi karena harus bertemu denganku lagi. Apalagi,Yoochun Ajusshi sudah melontarkan kata-kata yang sepertinya menyakitkan hati Mrs. Jung karena membelaku. Aku pun menunduk dalam-dalam karena tidak berani menatap Mrs. Jung.

“Jung Yunho! Apa gadis ini adalah muridmu?! Apa kau tahu kalau dia lah yang sudah mengotori rambutku dengan ice cream kemarin?!”seru Mrs. Jung pada Jung Seonsaengnim.

Seonsaengnim yang mendengarnya sedikit terkejut dan kemudian tertawa kecil, “Sungguh? Hahaha,lucu sekali.. Kebetulan ya,Eomoni dan Murid Joomin bisa bertemu lagi. Hahahaha..,”tawa Seonsaengnim.

“Ya,Jung Yunho! Apa kau tertawa ketika Ibumu ini sedang kesal?!”dengus Mrs. Jung sambil menatapku sinis. Sedangkan,aku yang ditatap seperti itu berusaha menghindar dari tatapan Mrs. Jung. “Ya,neo! Siapa nama pria yang telah membelamu kemarin?! Dia tampan tapi tidak memiliki sopan santun!” tiba-tiba saja Mrs. Jung bertanya padaku dengan nada seketus mungkin.

Aku yang ditanya seperti itu langsung tergugup seketika. Masa aku harus menjawab : ‘Dia suamiku…’
Huh,mana mungkin aku menjawab dengan kata-kata seperti itu?!

“I..itu kerabatku…”jawabku gugup. Setelah berkata seperti itu,kurasakan bahwa Jung Seonsaengnim mendelik kearahku. Apa mungkin ia tahu kalau jawabannya bukanlah ‘Kerabat’ melainkan ‘Suami’?

..::o::..

Aku membuka pintu rumah dengan lesu. Langkahku terasa lambat dan wajahku menunjukkan kalau aku sedang cemberut. Huh,aku merasa sial hari ini.. Aku dikejar oleh anjing dan bertemu dengan Ajumma yang kepalanya terkena ice cream.. Dan parahnya lagi,Ajumma itu adalah Ibu dari Jung Yunho Seonsaengnim!! Ck,aku ini benar-benar malang sekali..

Aku pun menutup pintu rumah perlahan. Tetapi tanpa sengaja,aku melihat Yoochun sedang berdiri di ruang tamu sambil berbicara dengan seseorang diponselnya. Aish,apakah ia baru keluar setelah aku pergi?

“Kenapa… kenapa kau ke Korea? Miyoung-ah,apa yang kau harapkan lagi? Bukankah aku sudah melepaskanmu?”

Diam-diam aku mendengar kalimat Yoochun yang sepertinya sedang berbicara di telepon. Raut wajahnya terlihat kacau dan agak sedih. Ada apa dengannya? Dan siapa itu Miyoung? Ah! apa benar Miyoung yang dimaksudkan oleh Yoochun Ajusshi adalah Hwang Miyoung,gadis yang ada di foto itu?!

“Mianhae,aku tidak bisa…Kumohon,lupakan aku Miyoung-ah..”

Dan setelah berbicara seperti itu,Yoochun Ajusshi terlihat menyudahi percakapan secara sepihak. Ia melemparkan ponselnya disofa dan duduk disofa dengan raut wajah frustasi namun sedih.

“Ajusshi..?” perlahan aku menghampirinya dan duduk di sampingnya.

Yoochun menolehkan kepalanya kearahku dan kemudian menegakkan posisi duduknya, “Apa?”responnya.

Aku menggeleng, “Ani..”

“Kau habis darimana?”tanya Yoochun Ajusshi lagi.

“Tadi aku jalan-jalan.”

“Oh,jalan-jalan…”angguknya dan ia memandang kearah aquarium kaca berisi ikan koi yang dibawanya tadi malam. Kini,aquarium berisi ikan itu berada di samping sofa.

“Ikan itu..dari siapa?”tanyaku.

Yoochun Ajusshi terlihat menghembuskan nafas panjang, “Sepertinya aku memang salah menerima dua ekor ikan ini darinya..”gumam Yoochun Ajusshi sambil memandang dua ekor ikan yang berenang-renang di dalam aquarium itu.

“Apa?”tanyaku bingung. Apa maksudnya? Aku tidak mengerti gumamannya itu..

Yoochun Ajusshi menggeleng, “Bukan apa-apa.. Malam ini,mau tidak jalan-jalan bersamaku?”

..::o::..

Malam ini aku dan Yoochun Ajusshi sedang berjalan-jalan di sebuah pasar malam. Pasar malam terlihat sangat ramai di datangi oleh pengunjung. Lampion-lampion beraneka bentuk pun digantung di setiap pohon-pohon yang ada disini. Banyak sekali stand-stand yang menjajakan aneka dagangan.. Mulai dari makanan,perhiasan,penghias rambut.. bahkan ada juga stand tempat meramal nasib orang. Tetapi,sekarang aku dan Yoochun Ajusshi sedang berada di sebuah stand kue beras pedas.

“Wahh,ini enak sekali!”kata Yoochun Ajusshi sambil memakan berpotong-potong kue beras.

Aku yang sedang makan kue beras pun menatapnya bingung, “Ajusshi belum pernah makan kue beras pedas?”

“Sudah pernah.. tapi,aku tidak pernah makan yang dijajakan seperti ini.. Biasanya,aku membeli kue ini di restoran. Dan aku rasa yang ini lebih enak,”jawabnya sambil tersenyum.

Ah? Restoran? Ya ampun.. orang ini benar-benar kaya..

“Joomin-ah,ayo kita kesana! Disana ada penjual kue Yaksik!” tiba-tiba saja ia menarik tanganku dan membawaku ke sebuah stand kue. T..tapi,sebentar.. Apa tadi dia bilang? ‘Joomin-ah’? dia memanggilku.. ‘Joomin-ah’?! Bukan ‘Nam Joomin’?!

Kulihat ia memakan beraneka kue yang dijajakan dengan tampang bahagia. Humh,entah mengapa Yoochun Ajusshi bukan lagi seorang namja yang dingin dimataku. Tapi,ia menjadi berubah seperti ini apa karena seseorang yang meneleponnya tadi siang? Ah,yang benar saja.. Tidak mungkin.. Mungkin saja,Yoochun Ajusshi melakukan hal ini karena ia sedang bosan..

Ketika sedang asyik menyantap kue yaksik sambil berjalan dan mengobrol,tiba-tiba saja tubuhku tertabrak oleh seseorang dari belakang. Aku pun hampir terjatuh,namun aku berhasil menahan diriku. Kulihat seseorang menabrakku tengah berlari secepat mungkin diantara kerumunan orang-orang yang ada.

“Astaga,kau baik-baik saja?”tanya Yoochun Ajusshi padaku. Kemudian, ia memandang orang yang berlari dan telah menabrakku tersebut.

“Aku baik-baik saja,”jawabku sambil tersenyum. Hei! T..tapi.. mana ponselku?!! “P..ponselku hilang!”jeritku sambil memandang Yoochun panik.

Seketika,Yoochun Ajusshi membelalakkan matanya lebar-lebar, “M..mwo?! Pasti orang itu yang sudah mengambil ponselmu!” setelah berkata seperti itu, secepat kilat Yoochun Ajusshi langsung mengejar seseorang yang telah menabrakku.  Aku yang melihat hal tersebut pun ikut berlari untuk mendapatkan ponselku.

“Hei,heii! Ada penjambret!!!”jeritku sambil berlari secepat mungkin.

Meskipun begitu,kerumunan orang-orang banyak menyulitkan kami untuk mengejar penjambret itu. Tadi,pejambret itu hampir saja tertangkap oleh Yoochun Ajusshi. Tetapi gagal karena pejambret itu larinya sangat cepat. Akhirnya,aku dan Yoochun Ajusshi pun berhenti berlari.

“Sial!”umpat Yoochun Ajusshi sambil memandang sekeliling untuk mencari keberadaan pejambret ulung tersebut.

“Ck,bagaimana ini? Ponselku hilang..”kataku sedih. Aku menundukkan kepalaku sambil menggigit bibir bawahku dengan sedih. Kenapa harus hilang?! Ponsel itu adalah ponselku satu-satunya! Kalau sampai hilang,apa yang harus aku lakukan?! Aku tidak bisa lagi menelepon Eomma dan Eonni yang berada di Jepang,ataupun teman-temanku Seorin dan Junsu..

Yoochun Ajusshi yang mendengar perkataanku pun mengelus puncak kepalaku dengan lembut, “Sudahlah..,nanti aku akan membelikan ponsel yang baru untukmu,”kata Yoochun Ajusshi sambil tersenyum.

Aku yang melihatnya tersenyum mulai merasa tenang. Sesuatu yang hangat pun mulai menyelimuti hatiku ketika melihatnya seperti ini.. Kenapa ia bersikap lembut seperti ini padaku? Ini sungguh tidak biasanya..

*Author POV*

Seorin dan Junsu sedang berjalan disebuah pasar malam yang sama dengan Yoochun dan Joomin. Keduanya terlihat sedang adu mulut. Tidak ada yang mau mengalah dan selalu melempar argumen.

“Mana aku tahu kalau jadinya seperti ini!? Aku’kan lupa membawa uang!”sewot Junsu.

“Dasar tidak bertanggung jawab! Tadi katamu kau akan mentraktirku makan! Toh,aku juga yang membayar semuanya!”balas Seorin geram.

“Sudah kubilang kalau uangku ketinggalan!”bantah Junsu.

“Kalau begitu,tidak usah mengajakku keluar!”

“Cerewet!”

“Tidak bertanggung jawab!”

Keduanya terus saja bertengkar sehingga beberapa orang yang berada di dekat mereka menatap Junsu dan Seorin dengan tatapan yang aneh karena keributan mereka.

“Huh..aku sangat kesal!”rajuk Seorin sambil memajukan bibirnya kesal.

Junsu yang melihatnya mendengus dan mencibir sebentar. Sampai akhirnya,tanpa sengaja mata Junsu menangkap sosok Joomin yang sedang berbincang-bincang dengan seorang namja yang tidak dikenal oleh Junsu. Joomin terlihat sedih saat itu dan seorang namja yang berada disamping Joomin berusaha untuk menghibur Joomin. Yeah,Joomin sedih karena ponselnya baru saja hilang dan namja yang berada di samping Joomin adalah Park Yoochun.

Junsu yang merasa bingung pun langsung menyikut Seorin, “Ya,Ajumma!”panggil Junsu pada Seorin.

Seorin mengangkat kepalanya dan menatap Junsu dengan malas, “Ada apa,Duckbutt bodoh?”

“Itu.. ada Joomin Noona!” Junsu menunjuk-nunjuk Joomin yang berjarak beberapa meter darinya.

Seorin yang mendengar kalimat Junsu pun langsung menatap kearah yang ditunjukkan oleh Junsu. Dan benar saja,ada seorang Nam Joomin disitu dan ia didampingi oleh seseorang yang tidak dikenal oleh Seorin. Seorin yang melihatnya pun sedikit mengernyitkan alisnya heran, “Siapa namja yang berada disampingnya itu?”tanya Seorin sambil terus memperhatikan sosok namja yang berada disamping Joomin.

“Benar,aku juga tidak tahu,”kata Junsu.

Seorin berpikir sebentar.. “Wajahnya mirip dengan.. Park Yoochun Sajangnim dari Big East Group!”terka Seorin sambil menatap Junsu. “Aku juga pernah melihat Park Sajangnim disekolah! Sepertinya,saat itu Park Sajangnim sedang mengantar Joomin ke sekolah!”

Junsu kelihatan bingung, “Park Yoochun Sajangnim? Lalu apa hubungannya dengan Joomin Noona?”tanya Junsu pada Seorin.

Seorin pun menghela nafas, “Joomin bilang, dia itu kerabatnya..”

“Tidak mungkin!”kata Junsu tiba-tiba dan berhasil membuat Seorin menatapnya penuh tanda tanya.

“Lalu apa?”tanya Seorin penasaran.

“Pasti Park Yoochun Sajangnim itu pacarnya Joomin Noona!”seru Junsu sambil menatap Seorin.

Seorin yang mendengar Junsu berkata seperti itu pun terlonjak kaget dan membelalakkan matanya lebar,“Mwo?!”pekik Seorin tidak percaya.

*TBC*

Eu kyang kyang,akhirnya selesai juga part 4 nya *tebar kembang 7 rupa#plaakk

Maaf ne Author jarang apdet.. kalo udah apdet pasti lama banget TT^TT
ni Author publish langsung setelah Author bener2 luang.. kebetulan Author abis selesai UN dan kelar semuanya… mohon maaf ne readerdeul TT^TT

Setelah ini Author janji bakal sering apdet.. paling nggak seminggu sekali deh… atau dua minggu sekali #plaakk

Mohon komennya,ne? Yang jd silent reader masuk nerakaaa!! >O<
Okelah,ditunggu aja part selanjutnya ^^

Kamsahamnidaaaaa~!!! *kabuuuuurrrrr

– I GO CRAZY BECAUSE OF YOU – eps 8

Flashback……

Yeonhee menerima sms dari yesung yang isinya permohonan maaf

From : 0109***********

To: Yeonhee.

Subject: pulang sekolah.

Message : Yeonhee, maaf kalau aku menggangu mu. Nanti siang aku betul-betul tidak bisa menjemput

mu. Mungkin Teukie hyung yang akan menggantikan ku menjemput mu atau yang lain nya.

Yesung.

-Yeonhee’s PoV-

Yayaya whatever mauu kamu jemput ato gak aku juga bisa pulang sendiri!!! Batin ku dalam hati. Akhirnya dia bisa pergi menghilang untuk beberapa saat dari hidup ku. “ Uwaa Yeonhee udah bel ayo turun.” Kata Nari pada ku. “ Ne.” “ Memangnya habis ini pelajaran apa?.” Tanya ku saat turun dari tangga. “ Tata Boga.” Jawab nya sambil berlari kecil. “ Nari aku ga ikut ya.” kata ku pelan. “ Uwa pasti mau bolos pelajaran!!.” Kata Nari. “ Habis kamu tau kan aku benci masak!!.” Kata ku pada nya. “ Biar ah kan ada yang lain kayak  Minjoon, ahra, dan lain nya.” kata Nari sambil memegang tangan ku agar tidak kabur. Huh.. dasar betul-betul serigala berbulu domba!! Teriak ku dalam hati.

“ Ayo cepat ntar kalo telat pasti dihukum ama Seongsaenim.” Kata Nari mengingat kan ku. “ Ne..” Jawab ku. “ Yeonhee kamu duduk belakang kan?.” Tanya Minjoon. “ Yoi males duduk depan pasti ntar Seongsaenim nyuruh aku terus.” Jawab ku. “ Sama donk.” Kata Ahra ikut-ikutan. “ Hahaha.” Ejek yang lain. “ Makanya jadi cewek tu harus bisa masak apalagi kamu Yeonhee kamu udah punya tunangan tapi ga bisa masak.”kata Haejin padaku. “ Kenapa aku?! Tunhangan pake dibawa-bawa lagi!.” Tanya ku marah. “ Just kidd kok.” Kata Minjoon. “ kalian dengan kata lain juga ngejek aku yang ga bisa masak! Dalam hidup ku Cuma ada yang nama nya olahraga!.” Sambung Ahra. “ Ya kita ngerti kok kamu suka olahraga.” Kata ku sambil menepuk pundak ahra. “ Udah ah kelamaan disini. Ayo keruang praktek.” Kata Seojin mengingatkan. Kami pun berjalan menuju ruang praktek tataboga. Inilah pelajaran ke dua yang paling ku benci setelah Matematika!!.

“ Yeonhee sebelah sini!.” Panggil Ahra pada ku. Aku pun berjalan kea rah kursi belakang yang dekat dengan nya. “ Oke apa sudah lengkap semua?.” Tanya Seongsaenim pada kami. “ Arisa belum datang seongsaenim!!.” Jawab yang lain pada GaIn Seongsaenim. “ Oke kalau gitu kita tunggu dia sebentar lagi.” Kata Seongsaenim menuju ke meja prakteknya. ‘ Sambil menunggu Arisa gunakan apron kalian.” Suruh seongsaenim. Tiba-tiba Arisa datang dan masuk ke dalam ruang praktek kulihat dia langsung mengambil tempat duduk disamping Haena. Seongsaenim tidak memarahi keterlambatan nya sama sekali. Aku tau kenapa….

“ Hari ini saya akan mengajarkan kalian cara untuk memotong ikan yang baik dan mengolah nya.” kata GaIn Seongsaenim pada kami. “ Huh murid-murid laki-laki pasti sekarang enak sedang pelajaran mekanik….” Desah ku. “ Kenapa?.” Tanya Nari. “ Gapapa.” Jawab ku langsung. “

Sekarang ambil pisau kalian masing-masing.” Lanjut seongsaenim. “ Kemudian lihat contoh yang akan saya berikan, setelah bel istirahat nanti kalian akan mencoba untuk memotong ikan sendiri-sendiri.” Kata Seongsaenim. Karena tempat duduk ku ada di belakang aku melihat kedepan tidak sengaja mata ku bertatapan dengan Arisa. Dia menatap ku dengan tatapan kebencian dan dendam. Aku tau perasaan nya. untung saja bel istirahat menyelamatkan ku. Kalau tidak aku akan di terkam habis oleh Arisa. “ Oke kita lanjutkan setelah ini.” Kata Seongsaenim mempersilahkan kami istirahat. Kulihat gerombolan Arisa yang langsung berjalan keluar kelas bersamaan.

“ Yeonhee kantin yuk!!.” Ajak Seojin pada ku. “ Tapi aku mau ketemu sama Hanjoon oppa.” Jawab ku. “ Yah, kok gitu!..” kata Seojin lagi dengan tatapan memelas. “ Aku kan udah ga ketemu dia selama 4 hari.. jelas aku kangen.” Kata ku sambil tersenyum. “ Ya udah deh.. Ahra kamu temenin aku ke kantin yuk.” Ajak Seojin mencari teman. “ ga males ajak Minjoon aja aku mau nemenin Yeonhee habis kantin ga ada apa-apa nya.” jawab Ahra singkat. “ yah minjoon..” pelas Seojin kali ini. “ Ok.. Arasho.” Jawab nya kami melihat mereka berdua berjalan menuju kantin.

“ Jadi ga?.” Tanya Ahra tiba-tiba pada ku. “ Ke??.” Tanya ku heran. “ Ke kelas nya hanjoon aku lagi bete berat nih.” Kata nya. “ Heeh jadi.” Jawabku. “ Kalian mau kemana??.” Tanya Nari polos. “ Astaga Nari dari tadi kita ngomong kamu ga ngerti?!.” Tanya ku kaget. “ Kagak.” “ Ih… aku gemes sama kamu!!.” Kata Ahra padanya. “ Ikut ga?.” Tanya ku pada mereka berdua. “ JAdi!!.” Teriak meraka seperti anak kecil.

Kami pun berjalan menuju kelas XII Bahasa 3. “ Hanjoon oppa nya ada??.” Tanya ku pada seorang teman sekelas nya. “ Masuk aja didalam. Aku pun melangkahkan kaki ku menuju kedalam kelas. Tapi langkah ku terhenti didepan pintu karena suatu pemandangan yang sangat menghancurkan hati ku.. aku betul-betul sesak saat ini. Air mata ku mulai menetes. Sedangkan Nari dan Ahra hanya dapat terdiam. Ya.. kulihat Hanjoon sedang berciuman dengan seorang perempuan yang sangat familiar untuk ku. Haena.. Kim Haena!!

Continue reading

If You Know Me ? (Part 1)

Title : If You Know Me ? ( part I )

Author : Miss Katara

Cast :

Kim Jong Woon ( Yesung suju )

Cho KyuHYun ( KyuHyun Suju )

Jung Hyorin

All Member Suju

Hyorin Pov

Malam ini aku datang kembali ke cafe di persimpangan jalan itu , untuk melihat namja itu bernyanyi lagi ,entah sejak kapan aku menyukainya, suaranya membuatku jatuh hati begitu saja padanya sungguh konyol bukan ? kenal saja tidak ! tapi tetap saja aku selalu ingin melihatnya apalagi mendengarnya benyanyi, sungguh bodoh tapi aku selalu gelisah kalu semalam saja tidak mendengarnya benyanyi.Apa yang telah namja itu lakukan  padaku ? sehingga aku terbius olehnya …..

Author Pov

semua orang terhibur dan terbius oleh nyanyian dan lantunan suara Yesung yang begitu indah ,semua orang pun seakan terlarut dalam lagu sedih yang sedang dibawakan Yesung dan merasakan apa yang di sampaikan Yesung dalam lagu itu. Malam semakin larut tetapi pelanggan-pelanggan cafe semakin banyak berdatangan dan memenuhi deretan kursi-kursi di cafe ,entah mereka ingin berniat makan atau melihat penampilan Yesung.

ketika Yesung sedang bernyanyi dan menghibur semua orang di cafe dengan suara indahnya tiba-tiba ada 2 orang pengawal berbadan besar datang dan menarik paksa Yesung pergi ,tampak Yesung pun berontak ” Yaa… lepaskan aku !” hal itu tidak membuat kedua pengawal itu bergeming dan langsung mendorong Yesung masuk kedalam mobil sedan hitam dan segera melaju pergi , Hyorin pun segera berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi  “Mwo ? kenapa namja itu dibawa paksa seperti itu ?” tanya Hyorin bingung sembari melihat mobil sedan itu yang semakin jauh hingga akhirnya tidak terlihat lagi

at Yesung’s House

“Pletakkkkk” pukulan yang keras mendarat di pipi Yesung ” Apa yang kau lakukan ,huh ?” tanya Tn.Kim pada anak sulungnya “appa  apa kau tidak mengerti perasaan ku,menyanyi adalah hobyku sejak kecil  ” jelas Yesung ” Kau ini sudah gila ,eoh ? apa yang akan dikatakan orang-orang kalau pewaris L Group menjadi penyanyi cafe ! kau ini sungguh keterlaluan ,kau mau mempermalukan keluarga kita !” Tn.Kim pun memarahi Yesung dengan amarah yang tidak bisa terbendung lagi “appa” “Sudah … kalau sampai kau ketahuan menyanyi dicafe lagi ,appa tidak akan segan-segan bertindak tegas padamu ! dan lusa kau harus segera pergi ke New York untuk melanjutkan kuliahmu  dan ketika kembali kau harus siap menjadi pewaris L Group ” tegas appanya dan langsung meninggalkan Yesung diruang tengah , butiran-butiran air bening pun terjatuh dari celah mata Yesung yang tidak dapat tertahan lagi ,ia begitu sedih ,bingung , kesal dan frustasi dengan semua ini.Hal ini membuat Yesung teringat kembali kepada eommanya ,hanya eommanya lah yang mengerti perasaannya dan mendukung impian Yesung menjadi seorang penyanyi karena itu impiannya sejak kecil tetapi appa nya memang sangat menentang keinginan Yesung. Dan kini telah berubah setelah 1 tahun lalu eommanya meninggal karena sakit kini tidak ada lagi seseorang yang membela Yesung dan mendukung Yesung untuk menyalurkan hoby nya itu.

Apa yang akan dilakukan Yesung ?apakah dia akan tetap nekad menyanyi ? atau akan pergi ke New York untuk mengikuti keinginan appa nya ? saksikan kelanjutannya di ” If You Know Me ” part 2 …. Arraso^^

Pet Kiss! Kiss! Kiss! [Part 7]

Pet Kiss! Kiss! Kiss! 7

 

Harin’s POV

  Kalau aku suka padamu, kau mau jadi pacarku?

  Kalimat bertinta merah itu terus kubaca berulang-ulang tanpa berkedip. Ingin sekali aku buka mulut, menanyakan apa ia serius atau tidak. Tapi sayangnya serangkaian pertanyaan itu seperti berhenti di tenggorokan, menggumpal, dan tidak bisa keluar.

  Sekarang pilihanku cuma ada dua : tidak menjawab, makan mi lagi dan bertemu bibir dengan Key – permainan berakhir; atau menjawab dengan jujur pertanyaannya.

  Nafas Key menderu-deru di depan wajahku, membuatku semakin kacau. Aku bisa merasakan tatapan matanya tak beralih dari wajahku yang terus menunduk menghindari tatapannya, entah mencari-cari jawaban apa.

  Dengan setengah ragu aku menggerak-gerakkan spidol pink-ku di atas kertas yang kupeluk sedari tadi – seakan jawaban nyata yang ada di hatiku bisa tercetak langsung dengan jelas di atasnya dengan aku memeluknya.

  Moreugesseo. Maybe…? Tergantung kau.

  Ia mengerutkan alisnya dalam. Tidak puas dengan jawabanku sepertinya. Jelas saja, jawabanku sangat menggantung tak jelas apa artinya. Aku tahu ia ingin protes.

  Kawi Bawi Bo!

  Johta. Aku menang. Sekarang aku bisa menanyakan pertanyaan yang menempel di kepalaku.

  Jangan ketawa! Ara? Neon…naega johta?

  Matanya bermain-main menelusuri tulisan tanganku satu per satu. Aku melihat jelas wajahnya memerah, apalagi dari jarak sedekat ini. Nafasnya juga jadi tak beraturan, dan hawanya lebih panas. Apa aku menanyakan pertanyaan yang salah? .___.

  Tiba-tiba, tanpa peringatan matanya beralih menatap mataku. Di matanya tersirat binar-binar terang yang belum pernah kulihat sebelumnya – entah kenapa jadi begitu. Mungkin karena dari jarak sedekat ini aku memang bisa melihat jelas sinar matanya?

  Aku tidak yakin saat melihat Key tiba-tiba tersenyum, namun tanpa jeda tiga detik, senyuman itu berubah menjadi sebuah ciuman, yang tidak bisa kulihat namun bisa kurasakan.

  Aku sempat bingung, dan mengerutkan alisku dalam mengabaikan Key yang masih menggulum bibirku lembut. Apa Key main-main? Ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaanku. Namun kebingungan itu hilang saat tangannya perlahan menggenggam tanganku erat. Ujung bibirku terangkat menjadi seulas senyuman dan membalas ciumannya.

  “Niga neomu joha…,” kudengar gumamannya di sela-sela ciuman hangatnya.

***

  Key menggenggam tanganku kuat-kuat walaupun aku masih berusaha melepaskannya. Tiap kali kutanya kenapa ia terus menggandengku alasannya sama : Apa salahnya orang pacaran bergandengan tangan?

  Aku tahu yang kalian pikirkan! Kenapa aku bisa pacaran dengannya saat beberapa hari lalu aku masih meragukan perasaanku? Well, jawabannya cuma satu.

  Aku terlalu bodoh untuk menipu diriku sendiri selama ini.

  Jangan salahkan aku kalau aku memang terlahir sebagai orang yang penakut. Pengecut, itu mungkin yang kalian pikirkan. Tapi sejauh apa aku mau menghilangkan rasa takutku – entah takut sakit hati atau takut berakhir menyedihkan, perasaan takut itu masih berbiji-akar di hatiku. Introvert. Itu satu kata yang menggambarkan diriku. Aku bukan seperti Key yang bertipe happy-go-lucky. Aku tahu menjadi orang seperti itu terkadang sangat amat bodoh di suatu moment. Seperti contohnya sekarang.

  “Key!!” desisku kesekian kalinya.

  “Tenang~” ia menepuk kepalaku seperti aku binatang peliharaannya – terbalik!!

  “Haih! Geumanhae,” gerutuku. Ia mengernyit.

  “Wae?” tanyanya. “Tidak boleh PDA? Geokjeonghajima, aku tidak akan macam-macam padamu tak peduli walaupun terkadang aku juga melihatmu sebagai seorang lady,” tangannya membentuk tanda kutip. Aku menatapnya datar.

  “Byuntae-mu tidak bisa hilang ya,” balasku datar. Ia hanya terkikik geli.

  “Eh,” panggilnya. “Igeobwa! Igeobwa!” ia menunjuk ke arah lain yang sontak membuatku memutar kepalaku.

  Jjuk~!

  Sebuah kecupat kilat ala Key yang sering dilakukan dimanapun mendarat di pipi kananku tanpa peringatan. Sengatan kecil yang kurasakan membuatku tersadar kalau dia baru saja menipuku.

  “Mwo-YAHHHH!!!!!” pekikku saat Key tiba-tiba menggendongku bridal style dan membawaku berlari ke suatu tempat. “Eodi ga?!!” seruku.

  “Heaven,” gumamnya pelan namun cukup keras untuk masuk ke telingaku. Heaven?! O.o Mau membunuhku?!

***

  Aku mendongak menikmati siraman sinar matahari di Yeouido. Matahari memang bersinar terang dan hangat. Namun karena ini sudah masuk musim gugur, angin sudah mulai sepoi-sepoi berhembus. Terasa nyaman.

  Gyut~

  Sepasang lengan yang sedari tadi memelukku mengerat, membuatku kembali ke alam sadar dan mengerutkan alisku, menepuk tangannya keras.

  “Auw!” ia melepaskan pelukannya. “Ish! Neomu apha!” gerutunya.

  “Jangan memelukku terlalu erat! Aku tidak bisa bernafas!” omelku. Ia kembali membenahi duduknya dan mengendurkan pelukannya.

  “Ireohke? Eottae?” tanyanya. Aku mengangguk-angguk dan kembali menikmati pemandanganku.

  Key mengajakku ke Yeouido park! Katanya karena tidak mungkin berlari dari Seoul ke Jeju -_-

  Ia duduk memangkuku di salah satu tempat istirahat yang nyaman. Katanya supaya rok yang kupakai tidak kotor, ia rela memangkuku.Kami sudah duduk berbincang-bincang di sini sepanjang sepuluh menit.

  “Eh,” panggilnya. “Ireona. Ireona,” ia menyuruhku berdiri. Aku mengernyit.

  “Wae?”

  “Kaja!” ia menyeretku ke tengah taman – tempat pancuran air dan kolam pendek.

  “Hah?? Wae yeogi ga?” tanyaku spontan. Ini musim gugur! Sudah sore lagi! Jangan bilang dia mau-

  Byur!!!

  “KEY!!!!!!!!!” pekikku begitu aku tercebur ke salah satu kolam pendek di sana. “Neon juggetda!!”

  Ia tertawa lebar. Dan tanpa sadar aku juga ikut tertawa saat menyipratinya dengan air. Mungkin date seperti ini bagus juga hehe.

  “Watda!!”

  “Kyaaa!!”

  Kami tertawa lebar saat Key menangkapku dalam pelukannya. Walaupun sudah basah-basahan dan tertiup angin September begini tetap saja pelukan Key terasa hangat. Hangatnya luar dalam, mengerti?

  “Kibum-ah?” panggil seseorang membuyarkan tawa kami. Masih memelukku Key berbalik, mendapati seorang wanita berambut ikal sebahu menatap kami bergantian. Aku melirik Key. Ekspresi wajahnya berubah. Rahangnya mengeras, seakan menahan marah, sedih, atau apapun itu. Yang jelas ia menjaga ekspresi yang meluap-luap supaya tidak keluar. Aku bisa merasakan auranya.

  “Wae yeogi isseo?” tanya Key dingin. Siapa yeoja ini?

  “Geunyeoga nuguya?” ia mengedik ke arahku. Heol. Itu yang seharusnya kutanyakan padanya -_-

  “Harin-ah, jibegaja,” Key berbalik menarikku bersamanya. Uh? Apa yang terjadi? ._.

  “Key!” seru wanita itu. Dalam hitungan detik ia sudah mengahmpiri kami.

  Dan aku berusaha tidak mempercayai apa yang kulihat.

  Cewek itu mencium Key. Key-ku.

***

  Aku masih mengerutkan alisku dan melangkahkan kakiku lebar-lebar. Tidak peuli Key yang tertinggal di belakang terus memanggil namaku. Aku kesal.

  “Yah!!!! Tunggu aku!”

  Aku tak mengeluarkan suara. Aku mau marah, tapi aku tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk marah pada Key. Itu bukan salahnya. Aku tahu. Maka dari itu aku tidak bisa marah. Tapi aku tetap kesal. Aneh kan? Kekanak-kanakan? Iya.

  “Lee Harin!!” serunya kemudian menahan tanganku. Ia memutar tubuhku menghadapnya dan menatapku tegas. Tapi itu tetap tidak menghilangkan kekesalanku. “Museun iriya?”

  Babo. Itu pertanyaan yang benar-benar bodoh.

 

Key’s POV

  Aku merasa seakan ingin menebas kepalaku sendiri saat pertanyaan itu meluncur dari mulutku. Aku bisa melihat persis rasa kecewa di mata Harin saat ia mendengarnya.

  Key babo. Kau tahu persis kenapa ia marah dan masih menanyakan apa yang terjadi.

  “M-mianhae,” gumamku mengusap pundaknya. Ia menunduk terisak. “Jinjja mianhae, aku menyesal. Jalmothaeseoyo,” bisikku.

  “Kau jahat,” isaknya pelan. Aku mengangkat jempolku dan mengusap air matanya. “Sudah tahu masih saja menanyakannya.”

  “Uljima. Jebal. Aku janji sampai di rumah aku akan menceritakan semuanya, ara?”

  Ia hanya terdiam. Aku tak punya pilihan lain selain menggenggam tangannya membawanya pulang.

 

Harin’s POV

  Aku duduk diam di depan Key. Ia membuatkan aku segelas teh citrus yang sekarang mendingin dan belum kusentuh sedikit pun. Aku sekarang memang masih kesal. Tapi jujur aku lebih merasa bersalah ._.

  Aigooya! Harin-ah! Kenapa kau merasa bersalah?! Jelas-jelas ini bukan salahmu!

  Aku menepuk keningku dalam hati. Aku terlalu lemah untuk hal seperti ini! Aku butuh advisor!

  …

  BENAR!!!!

  Setelah Key menjelaskan semuanya aku akan menelepon Sungra dan Minyeon! Kalau perlu aku tanya Heerin sekalian!

  “Ehem,” Key berdeham membuyarkan lamunanku. Ugh, tapi untuk mendengarkan penjelasannya itu butuh waktu lama.

  “Kau…masih marah?” tanyanya setelah tidak mendapat jawaban dariku.

  Aku cuma menggeleng. Aku tidak marah, aku kesal – walaupun aku tahu bedanya tipis.

  “Tadi….sungguh! Aku tidak bermaksud apa-apa!” ujarnya. Aku menggeleng.

  “Eh? Wae? Kau tidak percaya? Aku-“

  “Aniya. Mideoyo,” jawabku cepat. Ia terdiam sejenak.

  “Dia yang menciumku! Aku seratus persen tidak bermaksud-“

  “Arayo,” potongku menggeleng lagi. Kali ini ia mengernyit.

  “Lalu?”

  “Siapa yeoja tadi?” tanyaku pelan. Ia terlihat terkejut sejenak seakan suaranya hilang tak berbekas.

  “G-geunyeoneun….,” gumamnya akan terbata-bata. “Jung Yoojin,” lanjutnya. Aku menghela nafas panjang. Sudah kuduga. Tepat sasaran.

  “K-kau marah lagi?” ia memiringkan kepalanya mencari view yang tepat membaca ekspresiku. Aku menghela nafas pelan.

  “Aku tidak marah,” jawabku berusaha setenang mungkin. Sekarang ia bangkit dari tempatnya duduk dan berjongkok di depanku.

  “Kau bilang begitu dari tadi,” ia menatap mataku lurus-lurus. “Tapi aku tidak percaya,” balasnya serius. Sekarang aku yang menjadi takut!

  “A-aku memang tidak marah kok!” bantahku tersipu karena tatapannya yang intens dari jarak dekat. Ia masih memasang wajah serius. “Aku nggak marah! Aku cuma kesal! Uh…. Kaget juga sih…,” balasku dengan nada tak karuan. Sekarang aku merasa benar-benar canggung dan malu!

  “Apa bedanya marah dan kesal?” tanyanya memasang wajah kesal.

  “Memangnya tidak beda?” gumamku pada diriku sendiri. “Ah, bodo amat! Pokoknya beda!”

  Ia masih menatapku datar tanpa bicara. Ugh! Kenapa jadi terbalik?!!

  “Sudahlah! Aku mau telepon Sungra dulu! Kau keluar dulu sana!” gerutuku meraih ponselku. Baru aku akan memijit nomer Sungra, Key sudah menyambarnya dari tanganku.

  “Yaah! Kenapa diambil??” rengekku. Ia menatapku datar dan tajam.

  “Kenapa harus telepon? Aku tidak akan mengembalikannya kalau kau tidak mau memaafkanku,” rengeknya. Dasar keras kepala!

  “Wae andweyo? Sungra kan temanku,” rengekku.

  “Tapi-“

  Ting.. Tong…

  Aku dan Key menoleh bersamaan ke arah jendela. Nugu?

  Ia bangkit berdiri dan kuikuti ia berjalan ke pintu utama. Nuga wasseo? Eomma dan appa tidak mungking pulang jam segini. Onew oppa?

  Key membuka pintu dengan satu sentakan. Dua orang berjas, dan yeoja tadi berdiri di depan rumahku. Wae? Apa yang terjadi?!

  “Kibum-ah, annyeong,” senyum yeoja tadi membuatku ingin merobek wajahnya. Senyumnya palsu!

  “Joeseonghaeyo, anda salah alamat,” Key langsung membanting pintu membuatku terlonjak. Kudengar pintuku ketuk- aniya, dipukul dari luar.

  “YAH!!!! Jangan mengelak! Keluar kau Kibum!” pekik yeoja tadi memekakan telinga. Bagaimana yaoja itu berteriak sampai menembus pintu dan tembok rumahku? Michyeonde?!

  “Naega Kim Kibum aniya!” seru Kibum membuyarkan umpatanku pada gadis tadi. “Kalian salah orang! Aku tidak pernah menjadi bagian keluarga Kim!”

  Aku mengerjap menatap Kibum. Wajahnya, ekspresinya, tidak terbaca. Alisnya berkerut dalam. Matanya memancarkan kemarahan, tapi juga memancarkan kesenduan.

  “Yah, nan baboga aniya,” dengus cewek tadi. “Nawaya ppali!”

  Key melirikku. Ia berjalan mendekat ke arahku.

  “Harin-ah, geu yeojaga sireunji?” tanyanya. Aku mengernyit.

  “Jom…..,” gumamku pelan.

  “Benci juga boleh. Bagus malah. Kaja ikut aku!”

  Hah?

***

  Aku mengernyit menatap ember berisi air bekas cuci baju yang diberikan Key kepadaku.

  “Naega wae????” desisku meliriknya tajam. Ia barusan saja menyuruhku membuang air itu keluar jendela lantai atas. Dengan kata lain menyiram yeoja yang masih ribut di pintu depan rumahku dengan air deterjen.

  “Bukankah ini mudah? Geunyeo moksori jinjja jajjeungna, aku tidak betah mendengarnya,” rengeknya. Aku mengehal nafas lalu meletakkan embernya di tepi balkon, mengambil ancang-ancang – karena ember ini berat sekali!

  Tapi seakan adavyang mendengar keluhanku ember dan beserta isinya itu jatuh. Oops…..

  “KYAAAAAAA!!!!” pekik gadis tadi setelah ia menjadi basah kuyup dan tertimpa ember. Ini yang dinamakan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

  “Daebak!!!!!” pekik Key girang. Aku melirik ke yeoja tadi yang menghentakan kakinya ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari rumahku. Aku yakin yeoja tadi akan datang lagi.

***

  Key sedang berbaring di ranjangku membalut dirinya dengan selimut. Aku yang sedari tadi duduk manis di meja belajar mengerjakan pe er langsung membalik kursiku menatapnya.

  “Key,” panggilku. “Geugeo…..Tadi kenapa bilang kau bukan keluarga Kim?”

  Ia menywmbulkan kepalanya dari dalam selimut. “Aku mwmang tidak mau bermarga Kim,” gumamnya. Ia kemudian melirikku. “Ah! Aku maunya semarga denganmu!” serunya.

  “Bagaimana bisa?” tanyaku mengernyit. “Margaku kan Lee,” balasku. Ia kemudian memeluk gulingku.

  “Siapa bilang harus bermarga Lee? Kalau kau menikah denganku kan kita jadi semarga. Kim Harin, eotteohke?” tanyanya mengedipkan sebelah matanya. Aku menatapnya datar.

  “Kau bilang tidak mau marga Kim?” tanyaku. Entah sejak kapan ia jadi ada di sampingku, melemparkan lengannya ke bahuku.

  “Asal semarga denganmu aku mau,” ia tersenyum lebar. Aku hanya mengernyit dan melanjutkan pe erku.

  “Oh iya, lusa seolnal,” gumamku memutar kepalaku menghadapnya. Ia mengerutkan alisnya. “Waeyo?”

  “A-ani…. geurom, besok malam aku harus pergi. Jangan cari aku sampai awal musim semi selesai ara?”

  “Mwoya?” seruku. “Awal musim semi kan lama sekali?” Sebenarnya kenapa sih??

  “Pokoknya jangan cari. Musim semu itu berbahaya tahu,” gumamnya. “Aku tidak bisa menjelaskan sekarang,” entah hanya aku atau memang kenyataan wajahnya sesikit merah. Dis marah?

  “Kalau tidak ketemu kau jadi anjing terus? Lalu kau mau tinggal di mana?” tanyaku. Padahal aku ingin merayakan seolnal bersama Key…

  Ia tersenyum dan mengelus kepalaku. “Gwaenchanha. Aku tidak akan hilang selamanya kok!”

  Ahhh…. Musim semi tanpa Key….

 

To Be Continued…

Pet Kiss! Kiss! Kiss! [Part 6]

Harin’s POV

“Sejarah, Matematika, Biologi…,” gumamku memasukkan buku pelajaranku satu per satu ke dalam tas. Setelah selesai dengan itu aku menyambar sebuah ikat rambut dan menguncir ekor kuda rambutku. Setelah selesai bersiap, aku melirik lagi ke arah Key yang masih berbaring di lantai. Dalam wujud anjing.

Aku perlahan berjalan ke arahnya. “Yah, ireona,” panggilku menggendongnya. Satu bulan ini berjalan dengan sangat mulus. Key tidak pernah macam-macam, eomma juga tidak tahu kalau anjingku itu Key.

“Key~” panggilku mengelitiki perutnya. Ia mendengkur pelan dan berbalik ke arah lain. Aku mengernyit. Tidak biasanya dia susah dibangunkan begini.

 Ah, jangan-jangan dia cuma main-main.

“Yah,” panggilku mengguncangnya perlahan. Ia masih tidur. Aku memutar bola mataku. Dasar bocah ini!

Aku mendekatkan bibirku dan mengecupnya pelan. Seperti biasa, asap tipis seperti di komik-komik muncul dan Key berubah jadi manusia.

 Tapi posisinya…

“Yah!!!” aku menjambak pelan rambutnya. “Minggir dari pahaku! Byuntae!!” panggilku. Dia masih saja tertidur. Di pahaku!!!

“Key! Neo-” aku terdiam saat tanganku mengenai keningnya. Eh?

“Key? Gwaenchanha?” tanyaku menepuk pelan pipinya. “Kau sakit?”

“Hngg,” cuma itu yang kudengar keluar dari mulutnya. Aku mengerutkan alisku.

“Jinjja?”

Tak ada jawaban. Tiba-tiba aku jadi panik. Duh! Key sakit dan wujudnya wujud manusia, sedangkan aku harus ke sekolah. Kalau kutinggal di rumah eomma atau appa bisa saja tahu kalau aku menyelundupkan cowok di kamar!

Dengan susah payah akhirnya kuangkat Key dan menyeretnya ke kasurku. Aku mengambil berlapis-lapis selimut tebal dari lemari dan menyelimutinya. Di sampingnya kuletakan boneka racoonku, supaya wajahnya tak terlihat kalau eomma masuk.

Dasar merepotkan!

***

Aku mengetuk pelan pipiku dengan bolpen sambil sesekali melirik keluar jendela. Hari ini tidak begitu cerah, walaupun matahari masih sangat terik. Hari ini entah kenapa aku tidak tertarik dengan pelajaran apapun. Sama sekali. Mungkin terdengar bodoh, tapi jujur aku memikirkan Key. Mungkin begini ya rasanya kalau merawat binatang kesayangan dan yang sakit?

 Atau mungkin orang kesayangan?

Aku mengerutkan alisku dan menggeleng pelan mengusir pemikiran aneh yang baru saja lewat di kepalaku. Apa itu? Aku mungkin peduli dengan Key, tapi aku bukannya suka, atau sayang sama Key.

Tapi Key tampan, walaupun mengesalkan, kadang juga baik. Sayangnya cerewet! Bawel!

Ugh! Kenapa aku malah menilai-nilai Key sih?

Aku membaringkan kepalaku di meja sambil mencoret-coret kertas buramku. Menggambar teru-teru bozu, supaya hari ini tidak hujan. Supaya aku bisa lebih cepat pulang ke rumah.

Supaya Key bisa sembuh karena keringatan..

Pluk!

Sebuah pesawat kertas mendarat di mejaku. Aku mengernyit lalu membukanya.

 ’Hey yeoja aneh, memikirkan hyung?’ – Minho

Aku mengernyit dan memutar kepalaku ke arah Minho yang duduk santai menulis catatan di papan. Ia seperti merasa diperhatikan, ia langsung melirik ke arahku dan mengangkat alisnya seakan meminta jawaban. Aku memasang wajah datar.

“Aniya, kau tuan sok tahu,” aku menggerak-gerakkan mulutku tanpa suara. Ia menatapku sejenak sebelum kembali memperhatikan papan. Dasar orang aneh!

***

Aku duduk menatap tray makananku. Sayur lagi, sayur lagi. Menyebalkan. Aku jadi ingat Key yang suka mengomel kalau aku tidak mau makan sayur. Padahal melihat sayur saja rasanya ingin kubuang saja.

 Eh? Bagaimana kalau membawa sayurnya untuk Key? Daripada kubuang kan? Nanti kalau makan sayur dia bisa sembuh juga kan? Lagipula aku tidak bisa masak untuk Key ._.

Aku mengeluarkan kotak bekal pink yang selalu kubawa-bawa kalau ada kelas memasak. Kusisihkan setengah dari nasiku, lalu kumasukkan semua sayuran yang tidak akan kumakan, dan beberapa daging juga tamagomaki.

Baru saja aku selesai dan hendak menutup kotak bekalku seseorang menepuk keras kepalaku.

“Yah, kok tidak dimakan?” aku berbalik dan mendapati seseorang berdiri di sana dengan seragam yang sangat tidak rapi. Aku bisa melihat wajahnya pucat namun memerah karena panas. “Sudah berapa kali aku bilang makan sayur yang banyak? Dasar.”

Aku tercengang menatapnya lekat-lekat. Key?!! Kok di sini??

“Kau kok datang ke sekolah?” tanyaku mengerutkan alisku dalam-dalam. Ish! Orang ini tidak tahu ya kalau sakit harus istirahat??

“Kenapa? Aku kan murid sini,” jawabnya santai.

“Tapi kau sakit!” aku mengulurkan tanganku menyentuhnya. “Tuh kan! Masih panas! Harusnya kau itu istirahat saja di kamarku. Aku bawakan makanan nanti, araseo? Sekarang kau malah di sini! Hih!”

Ia menatapku sepanjang aku mengoceh. Wajahnya semakin merah, aku tidak tahu kenapa.

“Wae? Ada yang salah?” tanyaku menyadari ia sudah menatapku selama itu.

“A-ani,” jawabnya berdeham pelan membenahi dasinya. “Jadi itu untukku, kan?” ia menunjuk kotak bekalku. Sekarang giliran wajahku yang memerah. Untuk apa aku mempedulikannya?!

“Karena kau sudah di sini, ini bukan untukmu lagi! Hmph!” aku kembali membuka bekal itu dan berniat menghabiskannya. Baru saja aku mengangkat sumpitku yang menjepit tamagomaki dan hendak memasukkannya ke mulut, Key mencondongkan tubuhnya dan melahapnya habis.

Aku mengerjapkan mataku.

“Pelit,” Key menjulurkan lidahnya di sela-sela mengunyah. “Suapi lagi~”

 Bletak!

Aku memukulkan sumpitku di kepalanya sebelum kuletakan di meja dan berdiri dari bangkuku, hendak pergi. Aku tidak peduli kalau aku terlihat tidak sopan. Aku kesal.

 Dasar Key! Tidak berterimakasih! Harusnya aku tidak perlu memikirkannya!

Baru tiga langkah aku berjalan tiba-tiba aku merasakan sebuah kecupan di pipiku.

“Gomawo,” gumam Key dengan suara direndahkan. Pipiku langsung merona merah dan terasa panas. Aku berbalik mengintip Key yang sekarang sedang melahap makanannya dengan senyum. Dan tanpa sadar aku juga tersenyum sambil berjalan meninggalkannya.

***

Aku mendengus kesal sambil berpangku tangan menatap jendela. Hujan lagi, hujan lagi. Walaupun sekarang Key sudah ada di sini tapi satu hal lagi yang paling buruk, aku dan Key sama-sama meninggalkan payung di rumah!

Sudah lima belas menit aku dan Key duduk berteduh di depan sekolah menunggu hujan reda. Hari ini Sungra pulang duluan karena sakit, dan Minyeon tidak datang karena urusan keluarga. Minho dan Taemin masih ada kegiatan klub, yang baru berakhir dua setengah jam lagi.

“Yah, kenapa kau ke sini tidak bawa payung?” omelku masih menatap keluar memandangi hujan. “Kan sudah tahu hari ini tidak cerah,” gumamku.

“Mana kutahu?” balasnya cepat. “Aku kan bukan peramal cuaca.”

“Aku mau pulang,” desahku. “Hujannya malah tambah deras.”

Tiba-tiba Key berdiri dan menarik tanganku. “Geurom, ayo berlari pulang.”

“Hah?”

Belum sempat aku melontarkan reaksiku ia sudah menyeretku melewati deraian hujan.

***

Aku menggigil mencengkeram erat lengan baju Key. Key sialan! Hujan angin deras dingin begini masih diterobos saja!

“Yah!” seruku dengan suara bergetar karena dingin. “Jinjja chuwo! Kenapa kau mengajakku berlari??”

Ia menatapku diam.

“Ahh! Jadi basah semua, nanti flu bagaimana?” tanyaku menggigil. Ia tiba-tiba mengecup pipiku lagi.

“Ttatteutdan aniya?” tanyanya tersenyum menunjukkan barisan giginya. Seakan ada rasa panas yang merasuk ke tubuhku, pipiku ikut merona.

“A-aniya!” balasku. “Sudahlah. Ayo masuk!”

***

“Hatchii!!”

“Achoo!!”

Aku dan Key menutup hidung bersamaan. Aku meliriknya sinis.

“Sudah kubilang nanti bisa kena flu!” aku mendorong lengannya. Kami berdua sedang duduk di ranjang dengan piyama masing-masing, dan berebut tisu dari tadi. Dan percaya atau tidak ia memakai piyama berwarna pink, sama sepertiku. Tidak seperti cowok! Dasar aneh!

“Aku sakit gara-gara kau!” omelnya. Aku memicingkan mataku lagi.

“Mworago? Ya! Yang benar itu aku sakit gara-gara kau!” balasku menunjuk-nunjuk wajahnya.

“Che. Sana tidur. Kubuatkan sup,” ia mendorongku perlahan ke kasur. Aku mengerutkan alisku.

“Chamkkamaneyo!” aku menyetopnya. “Harusnya kau yang tiduran! Aku ambilkan air dingin,” perintahku. Ia menatapku aneh.

Ia mengangkat tangannya menyentuh keningku. “Kau lebih panas dariku. Jadi kau saja yang tidur.”

Kini giliran aku yang menyentuhnya. “Kau lebih panas, dasar tuan sok tahu,” balasku.

“Seolma! Aku masih bisa melakukan elephant turn sepuluh kali tanpa jatuh!” tantangnya.

“Che. Aku bisa dua kali lipatmu,” balasku. Ia kemudian membongkar-bongkar laciku. “Yah! Kau mau apa??”

“Cari termometer,” jawabnya masih membongkar laciku. “Yang kalah harus di ttakbam! Dan tidur.”

Aku hanya memutar bola mataku. Jelas kau yang kalah, Key. Kau sudah sakit dari pagi dan hujan-hujanan begitu.

“Watda!” serunya ia memasang termometernya di mulut.

“38.5,” gumamnya mengerutkan alis. “Tinggi sekali?!” protesnya. Aku tersenyum penuh kemenangan.

“Pasti kau yang kalah!” ejekku memasang termometernya di mulutku.

Beberapa saat kemudian kulepaskan termometernya. Key juga mendekat untuk melihat hasilnya.

“Aku menang!!!!” serunya tepat di telingaku. Yah! Apa-apaan ini?!! Kok 39.1??? Lebih tinggi dari Key!

“Sudah sana tidur! Ara? Aku mau masak~” ia memakaikanku bertumpuk-tumpuk selimut. Ugh! Termometer sialan!

Setelah Key lenyap dari pintu, aku memastikan ia sudah ke turun dan langsung mengendap-endap ke kamar mandi, mengisi baskom kecil dengan air dingin dan mencarikan handuk kecil.

 Ah, obat…..eodiseo? ._.

Setelah beberapa lama akhirnya aku menemukan kotak obat di laci kamar mandi. Baru saja aku membuka pintu kamar mandi, Key sudah berdiri berkacak pinggang di depan pintu menatapku tajam.

“Hah! Gamjakiya!” desahku mengelus dadaku. Mengagetkan orang saja!

“Yah, bukannya aku menyuruhmu tidur?” tanyanya. “Kenapa malah keluyuran??” omelnya.

Aku mengangkat sebelah tanganku yang membawa obat dan handuk kecil. “Igeoyo, aku mencarinya,” balasku.

Ia berdecak kesal namun akhirnya tetap membawaku kembali ke kasur dan menyodorkan sepiring sup sayuran. Aku mengerutkan dahiku.

“Ige mwoya?” tanyaku spontan. “Hah! An meogeo! An meogo!” aku menggeleng kuat.

“Wae andweneunde?” tanyanya balik. “Ini bagus untuk kesehatan! Meogeo! Ppalli!”

“Geunyang danggeun,” gumamku memilah-milah wortel dan sayur lainnya. Cukup wortel saja! Aku tidak mau yang lain!

“Yah, kenapa cuma wortel??” tanyanya. “Justru yang tidak enak itu wortel!”

Aku menatapnya aneh. “Wortel itu satu-satunya wortel enak tahu! Dasar!”

“Ani! Itu tidak en-”

Aku memasukkan paksa sesendok sup penuh wortel ke mulutnya. Rasakan itu! Muahahaha!

“Mhnp!!?” ia terpaksa menelan wortelnya, karena tidak sopan ia membuang makanannya. “Yah! Neo!” ia balas merebut sendok dan menyuapiku sesendok penuh sayuran hijau saat aku tertawa terpingkal-pingkal.

Akhirnya lima belas menit berakhir dengan kami suap-suapan sayuran yang tidak kami suka =.=

“Yah,” panggilnya sambil mengunyah. “Gara-gara kau aku jadi makan wortel!” omelnya. Ia meraih handuk kecil dan membasahinya di baskom.

“Kau juga memaksaku makan sayur,” gerutuku. Ia kemudian memeras handuknya dan memasangkannya di dahiku. Belum sempat aku protes ia sudah menempelkan dahinya di handuk yang sama. Pipiku yang panas karena sakit spontan bertambah panas lagi. Bayangkan, jarak dahi kami hanya terpisah oleh selembar handuk dingin.

“Aku cuma mau makan wortel karena kau, ara?” gumamnya dengan suara rendah, yang membuat jantungku seakan mau meloncat keluar. Aku juga berusaha keras supaya tidak tersenyum – Key bisa menertawaiku!

Ia kemudian menutup kedua matanya, mungkin pusing karena suhu tubuhnya yang panas. Tapi kalau dilihat begini, wajahnya sudah seperti peran utama cowok di komik-komik Jepang – memiliki garis frame yang halus tapi tegas, dengan detail wajah seperti ukiran tangan seniman kelas dunia.

Ah, belakangan ini aku jadi sering menilai-nilai Key…

Kalau kalian bertanya-tanya sebenarnya perasaan apa yang kurasakan tentang Key, mungkin aku belum bisa memberi jawaban pasti. Tapi aku sudah punya satu jawaban sementara. Perasaan itu, sudah berada satu tingkat di atasrasa biasa saja, tapi masih satu tingkat di bawah rasa suka. Aku juga tidak tahu apa maksudnya. Aku cuma sedikit takut kalau ia tidak menyukaiku…

 Ani, aku benar-benar takut ia tidak merasakan hal yang sama.

Aku bingung bagaimana. Yah, jangan salahkan aku, karena aku juga cewek, dan aku normal : suka cowok. Jadi intinya, aku memang belum mengakui rasa sukaku, tapi aku tahu aku menganggap Key orang yang spesial.

Tiba-tiba ia menegakkan duduknya sehingga handuk di dahi kami terlepas. Ia kemudian menatapku.

“Kita lupa ttakbam-nya,” ujarnya menunjuk-nunjuk keningku. OH……. ._______.

“Ah!! Andwae! Andwae! And-

TTAK!!

“YAHHH!!!!!!” seruku mengusap-usap keningku.

“Well, perjanjiannya memang begitu kan?”

***

Tik.. Tok.. Tik.. Tok..

 …Sesuatu yang dianggap berharga sejak jaman Aztec. Bahkan dahulu hanya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan, hingga sekarang rakyat jelata pun bisa dengan bebas membelinya. Bersifat menenangkan karena salah satu kandungan didalamnya. Dan menjadi populer sebagai lambang kasih sayang, di hari Valentine maupun White Day…

“Yah,” panggil Key.

“Hm?”

“Baca apa?” tanyanya. Aku mengangkat kepalaku menatapnya, sebelum menunjuk-nunjuk cover depan buku putih setebal novel dengan titik-titik berwarna gelap di permukaannya.

“Chocolate Story,” balasku.

Hari ini, aku dan Key tidak masuk sekolah karena sakit. Dari kemarin kami tidak sembuh-sembuh. Mungkin karena aku lupa pakai selimut malamnya =.=

“Kenapa baca begituan?” tanyanya meneliti cover bukuku.

“Bosan,” desahku kembali serius dengan bacaanku.

 …Disebut sebagai lambang kasih sayang karena rasanya yang manis dan pahit, melambangkan susah senangnya dalam suatu cerita cinta…

“Yah,” panggilnya lagi. “Kau suka cokelat?” tanyanya. Aku cuma mengangguk.

…Cokelat bersifat memperbaiki mood. Dan membuat orang merasa senang, apalagi yang memberinya orang yang disukai…

Tiba-tiba bukuku tertutup. Tangan Key menahanku untuk membukanya. Ia menatapku lekat-lekat.

“Aku mau masak, mau ikut?” tanyanya. Aku mengernyit.

“Aku kan tidak bisa masak?” balasku.

“Ck, gwaenchanha. Aku ajari, ara?” tawarnya. Mungkin tidak ada salahnya mencoba? Aku pun mengangguk setuju.

***

“Kenapa jadinya masak jjajangmyeon??” tanyaku. Ia mengeluarkan sebuah panci.

“Karena kita sama-sama single,” balasnya sambil bercanda.

“Ini kan bukan valentine!” gerutuku. Ia terkikik geli.

“Arayo, arayo,” balasnya menyalakan kompor dan memanaskan mi. “Kita tidak punya bahan untuk bikin cokelat. Waktu valentine nanti, kuajari buat cokelat, eothae?”

Aku mengangguk-angguk pasrah.

***

Aku mengernyit saat ia cuma memasak satu mangkuk jajangmyeon. Sedikit sekali?!

“Yah, kenapa masak cuma satu,” tanyaku begitu kami tiba di kamar. Ia duduk di depanku dan mengulurkan tangannya.

“Mwo?”

“Ayo main,” ajaknya. “Truth or Eat,” lanjutnya. Hah??

“Geuge mwoya?” tanyaku lagi. Ia menunjuk mangkok jajangmyeon.

“Kita masing-masing akan memakan ujung mi yang tersambung, tapi tidak boleh digigit!” lalu ia menunjuk pen dan notes yang tadi dikeluarkan dari tas sekolahnya. “Tidak boleh bicara, cuma boleh menulis jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan lawan, dan harus jujur. Kalau tidak mau jawab kau harus maju sampai-”

“Maksudmu kita pepero game dengan jajangmyeon?” tanyaku. “Ini belum November! Pepero day masih lama! Dan aku tidak bilang aku mau pepero game denganmu!”

“Ini kan cuma game,” balasnya. “Jebal~ kau tidak takut kan?? Kita sudah sering sekali tiap hari melakukan kiss, jadi-”

“Arayo! Arayo!” potongku. Key menyebalkan!

“Yeah!” ia menyuapiku ujung sehelai mi sedangkan ia memakan ujung satunya. Bibir kami hanya terpisah sebatas mi jajangmyeon seuntas ._.

“Junbi….si…jak!” gumamnya. “Kawi! Bawi! Bo!”

 Sial.

Key tersenyum licik melihat tangannya membentuk gunting sedangkan aku kertas. Ia kemudian menuliskan sesuatu di notesnya.

 ‘Neon nugu johahae?’

Aku mengerutkan alisku. Pertanyaan apa ini?!

 ’Sekarang tidak ada.’

Gunting! Batu! Kertas!

Key gunting, aku batu. Aku memasang wajah berpikir keras. Pertanyaan.. Pertanyaan…

‘Orang paling penting di hidupmu?’

Ia terlihat seperti memutar otak. Tanpa memberi jawaban ia malah memakan mi nya lagi sehingga jarak kami lebih dekat sekarang.

Kami mengangkat tangan lagi menandakan akan menentukan sekarang giliran siapa.

Key batu. Aku gunting.

‘Menurutmu aku orang yang bagaimana?’

Aku terdiam. Apa aku harus jujur? Tapi memang game ini harus jujur kan walaupun aku bisa bohong sekalipun?

 ’Spesial.’

Well, aku tidak bisa bohong padanya entah kenapa.

“Kawi! Bawi! Bo!” gumamnya tak jelas.

Key kertas lagi. Aku batu lagi.

 ’Sejauh apa kamu tahu tentang aku?’

Aku terdiam. Aku harus jawab apa? Itu pertanyaan yang sulit.

Akhirnya dengan pasrah aku memakan sedikit mi di mulutku. Semakin kuingat betapa dekat jarak kami semakin jantungku berdebar keras.

 Kawi! Bawi! Bo!

Aku menang dengan mengeluarkan gunting.

Hmm… Tanya apa ya?

 First Impression tentang aku?

Ia menatapku sejenak sebelum maju lagi. Aku mengernyit. Apa pertanyaanku terlalu susah? Kalau begitu aku tanya gampang-gampang saja lain kali supaya dia tidak mendekat!

Kawi! Bawi Bo!

Aku gunting lagi dan menang. Kali ini aku harus menanyakan yang gampang!

Makanan kesukaanmu?

Ia mengernyit dan menatapku ingin protes tapi karena peraturannya tidak boleh berbicara jadi ia diam saja. Sampai tiba-tiba ia malah maju lagi dan membuatku mengernyit.

Hah! Aku tahu strateginya! Ia tidak mau jujur di setiap pertanyaan supaya maju terus dan membuat aku gugup! Dasar licik! Kalau begini aku harus bagaimana? Kalah di setiap suit? Tapi nanti ia tanya aneh-aneh!

Kali ini aku mencoba untuk kalah. Dan berhasil. Key menang.

 Cowok yang pernah kau sukai.

Aku membulatkan mataku. Tuh kan! Ia menjebakku!

Dengan malas-malasan aku memakan sedikit mi-ku. Ugh! Eotteohke?! Makin lama jantungku makin berdebar-debar!

Kawi..bawi..bo!

Key menang lagi. Sial! Ia menatapku sejenak lalu tersenyum licik. Dan yang paling kutakuti : ia memasang wajah mesum…

 Ukuran dada?

Sekarang kepalaku malah berdenyut keras karena kesal. Byuntae!!!!

Dengan muka merah padam karena marah, kesal, dan malu aku maju lagi walaupun sedikit. Sekarang aku bahkan bisa merasakan nafasnya berhembus di wajahku. Ugh!

 Kawi! Bawi! Bo!

Tanganku membentuk sebuah kepalan sedangkan telapak tangannya terbuka lebar. Dia menang.

Dari jarak sedekat ini ia menatapku. Cukup lama sampai aku tidak tahu ia belum menuliskan pertanyaannya.

 Kalau aku suka padamu, kau mau jadi pacarku?

Pipiku merona makin merah membaca tulisan tangannya dari spidol merah yang dipakainya dari tadi. Aku menatapnya lagi seakan bertanya apakah dia serius atau tidak.

Sekarang aku harus bagaimana?

 

To Be Continued…

Pet Kiss! Kiss! Kiss! [Part 5]

lovely_puppy_wallpaper_da237071e_wallcoo_com_e589afe69cac

Harin’s POV

“Satu, tidak boleh tidur di kasurku sembarangan. Dua, tidak boleh menggangguku belajar. Tiga, jangan bongkar-bongkar lemariku karena itu privasi cewek. Peraturan lain bisa dibuat kapanpun diperlukan,” ujarku terus terang pada Key yang cemberut mengerutkan alisnya.

“Kenapa masih tidak boleh tidur di kasur?” rengeknya. “Lantainya keras dan dingin!”

“Pokoknya itu peraturannya, titik,” desisku. “Oh, dan satu lagi,” aku menarik tangannya duduk di kasur denganku.

“Mwo?” tanyanya mengernyit. Aku mendengus kesal. Dasar pura-pura polos!

“Babo,” umpatku. “Kau pura-pura lupa ya? Kau masih berhutang cerita padaku,” aku meluncurkan telunjukku ke depan wajahnya.

Ia mengerjap sejenak. “Uh? Jigeum?” aku mengangguk kuat-kuat. Aku menatapnya datar. “Arasseo, arasseo. Tak perlu menatapku seakan kau mau menelanku,” ia mengibaskan tangannya.

“Cepat mulai!” paksaku. Ia terlihat seperti ragu-ragu untuk bercerita.

 

Key’s POV

Aku masih ingat persis. Hari paling bodoh tak masuk akal yang pernah kualami.

Aku masih mengenakan kemeja sekolah, yang kutumpuk dengan hoodie merahku. Aku berjalan dengan langkah-langkah besar sambil memainkan peluit anjing di tanganku.

“Selamat datang, tuan kecil,” sapa salah satu pelayanku. Aku hanya memasang wajah datar. “Sajangnim berpesan sesuatu-”

“Appa pulang?” potongku. Aku memasang ekspresi masam. Tak biasanya appa pulang tanpa alasan.

“Ye, doryeonim. Ia berpesan untuk menemui tuan sulung Kim,” lanjutnya. Aku masih memasang wajah datar. Hyung lagi.

“Shireo,” tolakku. Aku benci dipaksa.

“Tapi-”

“Annyeong, Kibum-ah,” sesosok pria bertubuh lebih pendek dariku muncul di hadapanku dengan tersenyum. Cih. Sok baik.

“Mwoya?” desisku. Aku melihat tangannya menenteng anjing keluarga kami.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan dengan Miroo? Aku perlu membahas sesuatu,” lagi-lagi ia tersenyum. Aku jadi ingin menyobek wajahnya itu.

Aku menghela nafas panjang. Kesal. Karena tak ada pilihan lain tepatnya.

***

“Kibum-ah,” panggil Jonghyun hyung yang berjalan di sampingku. Orang-orang yang melihat pasti mengira kalau kami adalah saudara yang akrab – melihat Jonghyun berjalan di sisiku yang sedang memegangi tali anjing Miroo.

“Mwo?”

“Mianhae,” gumamnya. Tersenyum lagi. Aku hanya terdiam. Aku tahu apa maksudnya. “Soal Yoonji-”

“Aku tidak mau dengar!” pekikku. Ia menatapku penuh perasaan bersalah. Aku tidak peduli.

“Aku benar-benar tidak bermaksud merebutnya darimu,” jelasnya. Aku tidak butuh penjelasanmu!

Kim Jonghyun. Jung Yoonji. Dua orang paling menjijikan yang pernah kutemui.

Hyung-ku sendiri menghamili Yoonji yang statusnya saat itu adalah pacarku. Padahal baru dua hari kami pacaran, percaya atau tidak. Minggu lalu saja mereka baru saja menikah karena dipaksa appa setelah tiga bulan Yoonji mengandung anak hyung. Lihat, bahagia bukan? Mereka, bukan aku.

“Key-”

“Yah, neo,” sentakku. “Jangan sebut namaku,” desisku.

Ia mendengus kesal. Aku tahu, ia hanya tersenyum palsu dari tadi.

“Neo, saekki-ya, neon baboya?” balasnya. “Yoonji tidak pernah suka padamu, tidak bisakah kau terima itu?”

Aku mengerutkan keningku. “Mwo malhae?” aku melepaskan peganganku pada Miroo. Aku menerjang ke arah hyung dan memegangi kerah bajunya.

“Kau itu tidak dibutuhkan,” ejeknya. “Aku yakin kau tidak tahu kalau sebenarnya dulu kau berniat digugurkan oleh eomma dan appa, benar?” ia menyeringai arogan.

Mataku memanas. Aku tahu memang appa dan eomma tidak pernah peduli padaku. Namaku saja tidak hafal.

  Bagi mereka anak mereka cuma satu, Kim Jonghyun.

Mereka tidak pernah mempublikasikanku. Hanya pihak rumah, dan sekolah tahu siapa aku.

“Aku ingin tahu apa yang terjadi kalau kau menghilang, hyung,” gumamku mengeratkan kepalan tanganku di kerahnya. Aku melayangkan tinjuan cukup keras ke wajahnya hingga ia jatuh tersungkur ke jalanan. Tepat saat itu kudengar Miroo menggonggong keras dan berlari ke arah Jonghyun hyung. Yang dengan segera terhantam sebuah truk.

 

Harin’s POV

Aku terdiam. Mungkin karena tidak tahu harus bereaksi apa. Aku tidak tahu kalau aku jadi Kibum aku harus bagaimana.

“Lalu..?” tanyaku pelan. Ia menghela nafasnya.

“Saat itu awalnya aku berpikir kalau Miroo lebih memilih Jonghyun hyung,” gumamnya. “Ternyata salah,” lanjutnya lirih.

“Wae?”

“Malamnya Miroo masuk di mimpiku. Ajaibnya dia bisa bicara,” ia tersenyum tipis. “Tidak percaya bukan?” Aku mengangguk.

“Dia bilang, sampai sekarang tidak ada yang tahu kalau yang menyebabkan kecelakaan itu aku,” ia mengaku. “Semuanya berkata kalau Jonghyun kecelakaan saat Miroo membawanya berjalan ke tengah jalan.”

“Lalu hyung-mu?” tanyaku.

“Koma, di rumah sakit,” balasnya. “Miroo tidak selamat, justru hyung yang selamat, walaupun koma,” jelasnya. “Lalu aku berubah jadi anjing begitu saja. Lalu saat itu aku mendengar appa bilang, tak ada untungnya menyimpan Kibum saat Jonghyun sedang terpuruk. Makanya aku kabur dan berakhir di pet shop.”

“Miroo….seperti apa?” tanyaku lagi. Ia tersenyum lagi.

“Mirip kau,” ia mencubit pipiku.

“Hah? Miroo cewek?”

“Tentu saja!”

“Tapi dia kan anjing!” aku mengerutkan alisku. “Kupikir mirip denganmu!”

Ia tertawa kecil. Aku ikut tersenyum.

“Oh iya,” panggilnya tiba-tiba. “Kalau kau jadi Miroo, kau lebih memilih aku atau Jonghyun hyung?”

Aku terdiam. Pertanyaan apa itu. “Tentu saja kau, Key,” jawabku langsung. Ia terlihat mengerjap sekilas dan pipinya merona tipis.

“Ahh~~ Kau suka padaku, ya?” godaku. Ia mengerutkan alisnya.

“Aniya!”

“Aku kasihan padamu, makanya aku memilihmu,” godaku lagi tersenyum licik.

“Aku bukannya suka padamu!”

“Mengaku saja~” aku menjulurkan lidahku. Ia menatapku sebal. “Mwo?”

Tiba-tiba saja ia mendorongku berbaring di atas ranjang. “Yang benar itu kau, suka padaku, iya kan?” ia menyeringai.

  Dugeun.. Dugeun…

“A-aniya!”

Wajahnya dekat sekali dengan wajahku. Aku bisa merasakan nafasnya bertukar dengan nafasku.

“Jinjja?” tanyanya lagi mengangkat daguku. Mata tajamnya masuk menatap mataku. “Lalu siapa yang tadi membalas ciumanku begitu saja dan bilang kalau aku miliknya?” bisiknya.

“Neo-”

Belum selesai aku bicara ia sudah menggulum bibirku lagi. Mwoya ige?!!

“Kwibwum!!!!!!!!!!!” pekikku tertahan.

  Kibum sialan!

  Kibum menyebalkan!

  Kibum byuntae!!!!!!

“Waeyo, Ha….,” pintu kamarku melayang terbuka begitu saja. “…rin-ah?” Jinki oppa menatap kami tanpa ekspresi.

Aku spontan langsung mendorong Kibum menjauh dan duduk tegak di tempat.

“Oppa, kau salah pah-”

“AAAAAAAAAAAAAAHHH!!!! ADA BYUNTAE BERANDALAN MACAM-MACAM SAMA DONGSAENGKU!!!!!!” serunya.

“Yah!! Oppa!” aku berdiri dan berlari ke arahnya lalu membekap mulutnya. “Kau salah paham!”

“Mwapmwamuawuangmuawahmuaham?!!” rengeknya dengan wajah memerah kehabisan nafas karena kubekap. Aku melepaskan tanganku dari mulutnya. “Nuguya???” ia menunjuk-nunjuk Key. Aku mendesah pelan.

“Dia Kibum,” jawabku singkat.

“Pacarmu?” balasnya. Aku mengerutkan alisku.

“Ani-”

“Kalau bukan kenapa kalian berdua berciuman di ranjang?” potongnya. Aku memasang wajah aneh menatapnya.

“Oppa, kau mengatakannya seakan kami melakukan hal senonoh,” balasku.

“Memang begitu kelihatannya,” ia menaikkan pundaknya. Aku mengerang pelan dan meniup poniku.

“Kau. Salah. Paham,” ucapku ketus. “Pokoknya kami tidak ada hubungan apa-apa, titik,” lanjutku menatap Onew tajam. Ia mengerjap sejenak.

“Ara. Ara,” ia mengangguk pasrah. “Kalian pacaran juga aku tidak akan bilang pada eomma-mu,” lanjutnya.

“Oppa!!!” aku menyipitkan mataku ketus. Ia langsung berlari ketakutan keluar. “JUGGETDA!!!”

***

Aku melirik ke arah jendela yang basah karena air hujan yang mengalir tanpa henti. Suara hujan terdengar seperti derapan kaki kuda yang terus berlari. Aku menarik nafas panjang dan menarik selimutku. Mataku tertutup rapat-rapat sesekali saat petir menyambar di langit gelap dan membuat bayangan menyeramkan di kamarku.

Duh, Key sudah tidur lagi!

Bayangan petir itu sesekali membentuk cakar, terkadang menjadi bayangan kelelawar. Dan aku benci itu.

Aku berbalik membelakangi jendela dan bersembunyi di balik selimut. Aku taku gelap! Dan hari ini gelap sekali!

Krekk…

Aku melebarkan mataku. OMO! Apa itu?! Hantu???

Bulu kudukku meremang begitu aku merasakan ada yang menatapku dari belakang. Bahkan bayangan gelap terbentuk menutupi cahaya dari petir di luar.

“Hnggg,” erangku pelan. Jangan berbalik! Jangan berbalik.

“Hey,” sebuah tangan mendarat di pundakku diikuti bisikan pelan.

“KYAAAAAAAA-hmp!!!!!” tangan yang tadi memegangi pundakku sudah berpindah ke mulutku. Tidak!! Aku diculik hantu!!!! X__x

“Pssssttt!!! Diam babo!” desis hantu itu. Mataku sudah berkaca-kaca mengeluarkan butir tipis air mata.

“Heh? Yah! Uljima!” hantu itu panik dan membalikkan tubuhku menghadapnya. Aneh, di hadapanku malah muncul seseorang yang tidak jelas karena terhalang air mataku.

Tiba-tiba sebuah ibu jari menempel di pelupuk mataku menghapus air mata yang menggenang. Sekarang yang kulihat malah sosok seorang pangeran tampan yang wajahnya diterangi sinar bulan.

“Gwaenchanha?” tanyanya khawatir. Aku mengerjap. Suara ini….

“K-key?” panggilku terheran-heran. Aku tidak pernah sadar kalau Key *ehem* setampan ini.

“Wae?” tanyanya lagi.

“M-museowo,” gumamku menunduk malu. Aku menangis di depan Key hanya karena takut hantu =.=

Ia menghela nafas dan mengusap-usap kepalaku sebelum akhirnya duduk di sampingku. “Tidur sana. Aku di sini kok,” ujarnya.

Pipiku merona merah diikuti degupan jantungku. Aku memang payah.

Tiba-tiba Key berbaring memelukku erat dan memejamkan matanya. Aku menarik nafas panjang sebelum akhirnya juga memejamkan mata.

 

Key’s POV

Aku membuka sebelah mataku. Harin sudah terlelap mencengkram kuat-kuat lengan bajuku. Aku tidak tahu apa yang dia takutkan petir, hujan, atau apa. Yang pasti hati kecilku menyuruhku untuk melindunginya.

Kalau kau bertanya kenapa aku peduli pada Harin, itu karena aku dia menolongku. Kalau kalian bilang aku suka padanya aku bisa mencakar kalian karena itu tidak benar! Aku cuma ingin melindunginya, jangan salah sangka!

Tiba-tiba tangan Harin meninggalkan lengan bajuku dan berpindah memelukku seperti boneka beruang. Aku mengerjap sejenak karena merasa seperti tersengat listrik saat dia melakukannya. Maksudku aku benar-benar merasakannya, bukan melebih-lebihkannya.

“Nae kkeoya,” gumam Harin. Tanpa sadar bibirku membentuk seulas senyuman.

 

Harin’s POV

“Key,” desisku mengedarkan pandanganku ke pelosok lorong. “Lepaskan tanganku!” aku menarik-narik tanganku yang berada dalam genggaman Key.

“Shireo,” gumamnya. Aku mendengus kesal. Key terus menggandeng tanganku dari pagi. Dan itu mengundang perhatian lebih dari separuh siswa sekolah.

“Wae shireunde??” gerutuku. Ia menatapku tajam membuatku mengerjap terkejut sejenak.

“Aku benci dikerumuni cewek sekolah ini,” gumamnya. Aku mengernyit.

“Maksudmu aku bukan cewek,” tanyaku curiga. Ia balas menatapku sebelum akhirnya tersenyum menahan tawa.

“Memangnya kau cewek??” balasnya tertawa mengejek. Aku memicingkan mataku dan memukul pundaknya.

“Mwo malhae?!” seruku. “Yah!! Kim Kibum!!”

“Mana panggilan sayangku??” potongnya cepat. Aku mendengus kesal. “Kalau kau cewek apa buktinya?” ia tersenyum seperti ahjussi mesum.

Aku mengulurkan telunjukku tepat di depan wajahnya. “Neo!! Byuntae!!”

“Eh, enak aja!” ia mencubit pipiku. “Aku kan nggak bilang apa-apa!”

“Tapi-”

“Hey, kalian!” seru Joo sonsaengnim dari lantai atas. “Sudah bel kok belum masuk??”

Belum sempat aku bereaksi Key sudah menarik tanganku, tapi kami tidak menuju kelas.

***

“Ya!” seruku. “Kita mau ke mana?”

“Skipping class,” jawabnya santai masih menyeretku. Mwoya?! Kok skipping class?!

“Yah! Shireo! Aku-”

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki datang. Key langsung buru-buru mendorongku ke dinding bersembunyi di samping loker. Tangannya mendekapku kuat-kuat.

“Pstt,” desisnya sembari mengintip ke balik loker. “Joo sonsaengnim datang,” bisiknya menatapku. Aku terdiam menyadari jarak kami yang terlalu dekat. Ugh! Padahal ini bukan pertama kalinya Key dekat-dekat denganku.

Tiba-tiba ia memutar kepalanya menghadapku dan pandangan kami bertemu. Hawa panas seakan merasuk menjalar ke kedua pipiku begitu aku mendengar jelas deruan nafasnya.

“Yah!” seru sonsaengnim membuyarkan sesi ‘tatap-menatap’ kami. “Kalian masih di sini?!” ia berjalan dengan wajah menyeramkan dan langkah super besar ke arah kami.

“Lari!!” pekik Key kembali menyeretku pergi. Aigooya…

***

“Keeeeeey!!!” desisku. Aku mengangkat tanganku hendak memukul pundaknya. Namun malah berakhir ia menangkap tanganku dan menarikku dalam pelukannya.

“Sikeureo,” gumamnya. “Nawa,” ia membawaku sembunyi di bawah meja. Aku memicingkan mataku melihat sekeliling ruangan. Key menyebalkan! Tempat bersembunyi apa ini? Ini ruang biologi yang penuh dengan benda-benda aneh! Awetan binatang, tiruan rangka manusia, peraga alat pencernaan…..ugh! Kami sudah sepuluh menit di sini dan aku tidak betah!

 Deg!

Aku mengerutkan alisku. Ada yang masuk ke dalam bajuku! Jangan-jangan binatang?!! O_o

“Kyaaa!!” aku melonjak ke arah Key. “Apa itu?? Binatang?”

Baru selesai aku bicara, Key sudah tertawa kecil. Aku memutar kepalaku menatapnya tajam.

“Mwo?” tanyaku. Ia mengangkat tangan kanannya yang tadinya mendekapku.

“Itu tanganku,” jawabnya santai.

 BLETAK!

“Byuntae!” desisku. Ia mengelus-elus kepalanya yang terkena kepalan tanganku. Aku meliriknya cuek.

“Aish,” gerutunya. “Kalau ada binatang pasti aku juga lari,” gumamnya. Aku mengernyit. Dia cowok, tapi takut binatang?

Tiba-tiba terbesit ide untuk balas dendam di kepalaku. Salah siapa menggangguku duluan? Dasar ahjussi byuntae.

“K-key,” aku membulatkan mataku. Perlahan aku menunjuk ke balik pundaknya. “Cicak! Ada cicak!” desisku. Ia ikut membulatkan mata suneonya.

“MWOYA?!” pekiknya tertahan. Ia melonjak ke arahku. “Eodi?? Eodiya??” tanyanya panik. Ia terus mendorongku sampai aku sendiri jatuh di lantai. Ugh! Dasar makhluk berat!

“Yah!” panggilku. “Kau berat!”

“Mana cicaknya??” tanyanya. Aku memutar kedua bola mataku.

“Aku bohong,” balasku santai. “Dasar cowok pengecut. Jijiri-ya,” ejekku.

Ia memicingkan matanya seakan menudingku. “Neodo jijiri!” ia mencubit kedua pipiku.

“Yahhhh!!!” aku berusaha duduk dan menarik tangannya dari pipiku. “Aphayo!!”

“Geunyang aphago? Jijiri~” lanjutnya. Ugh! Orang ini..

“Key!!” aku menarik tangannya kuat-kuat sampai terlepas dari pipiku. Yang sayangnya kusesali karena setelah itu Key kehilangan keseimbangannya dan malah jatuh di atasku. Jarak wajahnya saja bisa diukur dengan penggaris lima belas senti.

Bola matanya bergerak pelan mencari tatapanku. Aku cuma terdiam memperhatikan wajahnya. Wajah Key memang selalu sedekat ini denganku, tapi daya tariknya tidak pernah habis.

  Eh, tunggu! Aku bukannya suka dengan Key! Yah tapi aku kan cewek! Aku boleh dong bilang cowok ini tampan?

Aku membuka mataku yang ternyata sudah tertutup sejak beberapa waktu yang lalu, saat bibir Key sudah menggulum bibirku tanpa kusadari. Aku merasakan pipi dan dadaku memanas. Ujung bibirku juga perlahan membentuk seulas senyuman tipis dan membalas ciumannya.

Menurutmu ini apa?

 Klik!

Aku dan Key menghentikan ‘kegiatan’ kami dan memutar kepala kami spontan ke sumber suara. Minho dan Taemin berjongkok di samping meja tempat kami bersembunyi dengan tampang polos.

Minho mengangkat kamera digital di tangannya. “Hyung, kami sedang pelajaran biologi sejak lima menit yang lalu,” gumamnya santai. Mereka memang sedang mengenakan jas laboratorium.

Aku kemudian membulatkan mataku. Hah?! Pelajaran biologi? Lima menit yang lalu? Minho? Berarti kelasku sedang ada di sini dari tadi .______.

“Dan kau,” Minho menunjukku. “Berbuat hal senonoh dengan hyung kami di kelas saat pelajaran,” ia berdecak sok cool.

“Minho-ya,” aku mendengar suara Sungra dari balik meja satunya. Oh tidak! “Aku mendengar suara Harin, kau?”

Aku mendelik tajam ke arah Minho yang cuma menatapku datar dan mengalihkan pandangannya pada Sungra. “Andeullini, keutchi Taeminnie?”

Taemin mengangguk-angguk penuh semangat seperti anak beruang. “Harin kan dibawa kawin lari oleh Kibum hyung,” balasnya polos. Aku melemparan tatapan membunuhku padanya. Anak ini sama sekali tidak polos!

Aku mendengar suara Sungra dan Minyeon terkekeh. “Padahal dia bilang dia tidak suka pada Kibum,” ujar Minyeon. Benar! Benar!

“Siapa tahu mereka jodoh?” Minho bangkit berdiri, membuatku hanya bisa melihat kakinya yang super panjang itu. Kalau saja tidak ada anak kelasku di sini, aku pasti sudah menendang kakinya itu sampai ia jatuh dan merusak image sok keren-nya itu.

“Hey,” bisik Key menyenggol-nyenggol lenganku. Ia kemudian mengarahkan jempolnya ke arah Minho. “Nanti siang mari kita balas dendam,” ujarnya. Aku mengangguk setuju. Kami melirik ke arah Taemin menyuruhnya diam dan ia cuma mengangguk pasrah.

 

To Be Continued…

A/N : maaf author lama banget nggak update soalnya sekolah di luar negeri yang gak bisa buka wordpress x____x author baru pulang dan tanggal 22 pergi lagi >.<

Semoga menikmati bacaannya!